STROLLING AROUND BLITAR!

Hallo rekan-rekan pembaca sekalian. Bagaimana kabarnya?

Saat ini tanggal 26 Desember 2023, kurang lima hari lagi menuju tahun 2024. Bagaimana hari-hari yang kalian lalui menjelang akhir tahun 2023?

Kalau bagi saya, pada akhir tahun 2023 ini saya mencoba memberanikan diri keluar dari 'sangkar' yang selama ini mengurung diri saya. Hingga berakhirlah saya di Kota Blitar. Kota ini merupakan kota kelahiran sahabat pertama saya ketika perkuliahan S1. Dari kami masih menjalani perkuliahan S1, kami sudah mewacanakan untuk jalan-jalan ke Kota Blitar namun hingga 4 tahun semenjak kelulusan kami belum terlaksana juga. Hingga secara tiba-tiba pada awal bulan Desember 2023 dia menghubungi saya karena suatu hal, dan saya secara impulsif memutuskan akan mengunjunginya pada libur akhir tahun baru.

Ini merupakan pertama kalinya dalam hidup saya berkunjung ke Kota Blitar. Keluar dari Stasiun Blitar Kota saya diajak teman saya menikmati soto daging di dekat stasiun, ketika saya melihat harganya saya syok. Untuk semangkok soto babat campur seharga Rp. 10.000, dan semangkok soto daging seharga Rp. 12.000. Bagi saya yang hidup di Sidoarjo-Surabaya, harga demikian menurut saya murah sekali. Rasa sotonya enak pula dan porsinya bikin kenyang. 

Selama perjalanan kami di Kota Blitar, sayalah yang mengemudikan motor. Untuk kedua kalinya saya syok sekaligus takjub, menurut saya jalan Kota Blitar cukup lebar dengan volume kendaraan yang sedikit. Sehingga sepanjang perjalanan kami lalui dengan sangat lancar, tanpa ada kemacetan sedikit pun. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan kondisi jalanan yang saya lalui setiap harinya saat berangkat dan pulang kerja. Meski kondisi jalan cukup lebar namun jumlah volume kendaraan yang banyak sehingga kemacetan selalu menjadi konsumsi sehari-hari yang saya alami.

Begitu pula dengan kondisi udara yang menurut saya cukup sejuk menambah kesan tersendiri bagi saya untuk kota ini. Terik matahari di Kota Blitar tidak sepanas dan semenyengat seperti di Kota Sidoarjo atau Kota Surabaya, sehingga saya nyaman-nyaman saja berkendara tanpa menggunakan sarung tangan. Ditambah lagi banyak pohon-pohon besar di sepanjang jalan yang menambah kesan rindang pada kota ini.

Salah satu hal yang saya notice sepanjang perjalanan saya melalui rumah-rumah warga di Kota Blitar adalah sebagian besar rumah warga memiliki perkarangan yang luas di area depan rumah serta banyak ditanami tanaman buah. Saya menyukai hal ini, karena rumah impian saya ialah rumah yang memiliki perkarangan luas untuk menanam pohon mangga, rambutan, kelengkeng, berbagai jenis bunga, dan sebagainya.  

Singkatnya, saya merasa jatuh hati dengan Kota Blitar. Bahkan saya bercita-cita apabila saya memiliki uang lebih, saya ingin membeli rumah di Kota Blitar dan hidup slow living disana. Mohon doanya ya 😊 

🌙

Saya berada di Kota Blitar selama 3 hari 2 malam, dari hari jum'at pagi hingga minggu pagi. Beberapa tempat wisata dan tempat kuliner telah saya kunjungi selama berada di sana. Saya akan menuliskan tempat-tempat tersebut barangkali rekan-rekan pembaca berniat untuk mengeksplor Kota Blitar.

1. de CLASSE Gelato & Coffee

Pada hari pertama setelah sampai di Blitar, saya hanya mengeksplor pada malam hari saja. Hal ini dikarenakan teman saya tiba-tiba kedatangan tamu sehingga harus me-reschedule acara yang telah kita rencanakan. 

Setelah makan malam, kami mengunjungi de CLASSE Gelato & Coffee. Kata teman saya tempat ini wajib banget dikunjungi saat di Kota Blitar. Salah satu cabang de CLASSE Gelato & Coffee ini ada di dekat Stasiun Blitar Kota. Jika rekan-rekan pembaca keluar dari Stasiun Blitar Kota, belok kiri ke arah pertigaan, lalu belok kiri lagi, nah tempatnya ada di sebelah kiri jalan. 

Cafe ini menyediakan berbagai rasa gelato, kopi, berbagai snack dan minuman. Karena waktu itu kami datangnya kemalaman, sekitar jam 20.00 maka stok pastry sudah habis dan hanya tersisa beberapa snack aja. Sehingga kami memutuskan hanya membeli gelato saja. Waktu melihat harga 1 scoop gelato, saya kaget dong. Gila aja 1 scoop gelato semua rasa seharga Rp. 10.000, untuk 2 scoop gelato seharga Rp. 18.000. Murah banget kan?

Selain harganya murah, rasanya juga enak loh. Bahkan gelato yang rasa coklat mete, rasanya hampir mirip dengan coklat silver queen. Ah jangan lupakan tempat dan suasana cafenya cozy dan estetik abis, lalu banyak stop kontak juga. Cocok banget tuh buat rekomendasi tempat nugas atau work from cafe.

2. Nasi Pecel Blitar Mbok Bari

Waktu memutuskan mau ke Blitar nih, saya sempat searching rekomendasi kuliner di Kota Blitar salah satunya Nasi Pecel Mbok Bari. Ternyata Nasi Pecel Mbok Bari ada 6 cabang loh di Kota Blitar, dan yang saya kunjungi ini ada di cabang ketiga yakni di dekat perjalanan kami menuju Istana Gebang.

Warung pecel ini ada di pinggir jalan sehingga terlihat banyak mobil dan motor yang berjejeran, dan memang warung ini rame banget sih apalagi kalau waktunya sarapan. Untuk 1 porsi nasi pecel berisi sayur dan bumbu pecel dengan peyek udang kecil dan pilihan lauk tahu/tempe/bakwan. Saya kurang tau harga per porsinya, pokoknya untuk 2 porsi nasi pecel yang kami beli dengan tambahan lauk telur balado, sate usus, sate ampela, dan 2 gelas air putih dihargai Rp. 37.000. Cukup murah bukan?

Untuk rasanya, menurut saya sama dengan rasa pecel pada umumnya. Saya pribadi merasa bumbu pecel Mbok Bari cenderung manis dan kurang pedas, sedangkan taste lidah saya cenderung menyukai bumbu yang asin dan pedas. Sehingga menurut saya rasa bumbunya bukan yang enak banget tapi enak aja, tapi saya suka tekstur bumbunya yang kerasa banget kacangnya. Oh iya, Mbok Bari juga menyediakan bumbu pecel yang bisa dibawa pulang loh, bisa banget tuh buat oleh-oleh.

3. Bebek Goreng Yamaha

Selain Nasi Pecel Mbok Bari, saya sempat bertanya ke teman saya terkait bebek goreng Yamaha ini apakah bisa dijangkau atau tidak. Karena saya baca-baca review-nya kok banyak yang menyarankan untuk mencoba ini waktu di Blitar, tapi kata teman saya jauh. Ya sudah tidak jadi masuk bucket list nih, eh tiba-tiba ketika teman saya yang satunya lagi ngajak makan kesini. Katanya tempatnya pindah tapi masih di Kota Blitar dan masih bisa kami jangkau juga.

Kalau beli disini harus banget nyiapin stok sabar yang banyak ya, karena tempatnya terkenal dan yang beli banyak banget jadi harus siap antri. Setidaknya butuh sekitar 20 menitan buat nunggu nasinya diantar ke tempat kita. Oh iya, disini bukan hanya jual bebek aja tapi ada juga ayam dan ati ampela. Untuk bagian ayam/bebeknya bisa request mau paha/dada. Untuk harga 1 porsi nasi ayam/bebek dada dan es jeruk dihargai Rp. 37.000, cukup worth it kan?

Untuk porsi nasinya sama seperti porsi nasi yang dicetak dalam mangkok kecil seperti biasa. Ukuran bebek/ayamnya cukup besar dan dapat dua sambal yakni sambal merah dan bumbu hitam khas madura. Bebek/ayamnya diolah khas madura ya, jadi warnanya hitam. Saya suka dengan tekstur bebeknya yang empuk banget dan nggak alot sama sekali, selain itu sambel merahnya juga enak. Tapi saya pribadi kurang suka dengan bumbu hitamnya karena after taste-nya terasa asem di lidah saya. Sehingga saya hanya suka perpaduan nasi+bebek+sambal merah, sudah itu perpaduan yang pas menurut saya.

4. Istana Gebang

Tempat wisata yang pertama kali saya kunjungi saat di Blitar adalah Istana Gebang. Ini merupakan rumah masa kecil Presiden Ir. Soekarno. Untuk masuk ke dalam Istana Gebang dikenakan biaya retribusi Rp. 3.000 per orang dan jangan lupa mengisi buku tamu. Lalu kita diberi tas totebag untuk meletakkan sepatu/sandal kita, jadi ketika masuk Istana Gebang kita tidak diperkenankan menggunakan alas kaki.

Sebelumnya saya pernah mengunjungi Museum H.O.S Tjokroaminoto di Surabaya, sekitas tidak jauh berbeda bangunannya namun Istana Gebang memiliki luas tanah 2-3 kali lipat dibandingkan Museum H.O.S Tjokroaminoto. Halaman depan, belakang, dan samping Istana Gebang sangat luas. Selain itu, bangunan Istana Gebang sendiri juga cukup luas. 

Istana Gebang terdapat 2 bangunan, bangunan depan berisi ruang tamu, 2 kamar dan ruang keluarga. Lalu terdapat lorong yang menghubungkan ke bangunan belakang yang terdapat ruang makan, gudang, dan area dapur. Kami mengitari setiap sudut Istana Gebang hingga di bagian dapur kotor yang masih ada perapian untuk memasak.

Setelah keluar dari Istana Gebang, saya berkata pada teman saya "Kalau ini rumah masa kecil Pak Karno. Bayangkan pada jaman itu sebelum Belanda datang, keluarga Pak Karno sudah punya rumah seluas dan sebagus ini. Sedangkan penduduk Indonesia banyak yang masih miskin banget. Berarti Pak Karno dari keluarga ber-previlege dong?" 😃





5. Perpustakaan Bung Karno

Tempat selanjutnya yang saya kunjungi adalah kompleks Pemakaman, Perpustakaan, dan museum Bung Karno. Jadi dalam 1 kompleks terdapat 3 tempat tersebut, namun saya hanya mengunjungi Perpustakaan dan Museum Bung Karno saja. Untuk masuk di kompleks ini tidak dipungut biaya apapun ya, hanya bayar untuk parkir saja wkwkwk.

Saat masuk ke kompleks ini, di tengah-tengah 3 area ada patung Bung Karno yang besar banget. Nah sebelah kiri patung itu Museum Bung Karno, sebelah kanan patung itu Perpustakaan Bung Karno, dan belakang patung itu Makam Bung Karno.

Untuk Perpustakaan Bung Karno terdiri dari 2 lantai. Saran saya kalau mau baca lebih baik di lantai 2 karena lebih tenang, kalau di lantai 1 cukup ramai orang berlalu lalang. Lalu koleksi buku di museum ini menurut saya cukup lengkap dari berbagai jenis genre buku. Awalnya saya kira karena ini Perpustakaan Bung Karno maka isinya hanya arsip-arsip atau buku yang terkait dengan Bung Karno, tapi ternyata tidak juga. Ada banyak buku-buku psikologi, arsitektur, seni, filsafat, dsb. Dari 3 kompleks tersebut, hanya area perpustakaan di lantai 2 yang sangat tenang. Pada area museum apalagi pemakaman sangat ramai pengunjung.



6. Museum Bung Karno

Museum ini diperuntukkan untuk menyimpan foto-foto, karya, kontribusi, dan bagian dari sejarah hidup Presiden Soekarno. Untuk masuk ke museum ini pengunjung hanya akan ditanyai nama dan asal tempat oleh petugas, setelah itu pengunjung bisa mengeksplor sepuasnya. 

Museum ini tidak terlalu luas tapi cukup lengkap koleksinya. Selain itu disediakan beberapa komputer yang memuat secara lengkap biografi Presiden Soekarno dari kecil hingga beliau wafat. Temasuk riset-riset dan kumpulan buku-bukunya yang bisa diakses secara mudah oleh pengunjung.  



7. Kampung Coklat

Karena ini kunjungan pertama saya ke Blitar, maka kurang lengkap rasanya jika saya tidak mengunjungi core of the core-nya Blitar yakni Kampung Coklat. Sebenarnya jarak antara rumah teman saya dengan Kampung Coklat tidak terlalu jauh, namun karena kami berangkatnya dari Museum Bung Karno jadilah cukup jauh perjalanan yang kami tempuh untuk menuju ke sana. Kurang lebih perjalanan kami sekitar 20-25 menit tanpa ada kemacetan.

Untuk harga tiket masuk ke Kampung Coklat sebesar Rp. 20.000 per orang. Namun jika pengunjung ingin menikmati berbagai wahana permainan anak bisa menggunakan tiket terusan sebesar Rp. 35.000 per orang. 

Awalnya saya kira Kampung Coklat isinya segala informasi tentang coklat dari penanaman, pengolahan, dan pemasaran produk. Tapi ternyata Kampung Coklat lebih banyak di dominasi area bermain anak dan food court. Meskipun demikian, kita masih bisa melihat tanaman coklat di area pembibitan dan pohon-pohon coklat yang sedang berbuah di area sekitar food court dan masjid. Namun saya tidak menemukan proses pengolahan biji coklat, hanya ada area tester coklat gratis.

Bagi anak-anak liburan di Kampung Coklat bisa menjadi pilihan yang menarik, selain belajar mengenal tanaman coklat anak-anak bisa bermain di area yang telah disediakan. Akan tetapi untuk orang dewasa seperti saya tidak banyak area untuk mengeksplorasi area Kampung Coklat. Setelah melihat-lihat area yang ada di Kampung Coklat, saya dan teman saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk ngobrol di area food court. Lalu kami membeli oleh-oleh dan menuju masjid untuk melaksanakan sholat dhuhur. Kami berada di Kampung Coklat sekitar 3 jam lalu kembali pulang.


Siang-siang nongkrong di bawah pohon coklat wkwk

8. Masjid Ar-Rahman Kota Blitar

Destinasi terakhir yang saya kunjungi ketika berada di Kota Blitar adalah Masjid Ar-Rahman. Masjid ini merupakan destinasi wisata baru yang populer di Kota Blitar. Saya mengunjungi masjid ini pada sabtu sore, saat akan menunaikan sholat maghrib. Ketika saya datang, keadaan masjid sangat ramai, penuh, dan berdesak-desakan. Setelah saya amati ternyata masjid ini telah dijadikan salah satu tempat wisata di Kota Blitar sehingga banyak wisatawan dari luar kota yang datang ke masjid ini hingga jumlahnya berbus-bus. Apalagi saya datang pada waktu weekend dan bertepatan dengan libur panjang, double kill deh.

Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu hingga sholat jamaah maghrib selesai baru saya menunaikan sholat. Meski demikian tetap saja keadaan masjid sangat penuh bahkan setelah jamaah sholat maghrib selesai. Keadaan masjid sudah mulai tenang saat pukul 20.00, dimana wisatawan banyak yang sudah naik bus. Kami duduk-duduk dan foto-foto di plataran masjid hingga pukul 20.00, setelah itu kami memutuskan untuk mencari makan malam.

Kesan saya terhadap masjid ini belum terlalu menikmati sih karena memang kondisi masjid yang ramai sekali. Saat disini saya hanya fokus untuk menunaikan sholat karena terburu waktu. Namun menurut saya masjid ini sangat bagus arsitekturnya mirip seperti Masjid Nabawi, selain itu lantai masjidnya selalu bersih, dan masjid ini menyediakan 1 orang 1 mukenah sehingga setelah mukenah dipakai, mukenah bisa diletakkan di box cucian. Namun karena kondisi masjid yang sangat ramai, meski stok mukenah sudah banyak namun tidak mampu mencukupi jumlah jamaah. Akhirnya mukenah ini tidak hanya dipakai 1x namun dipakai berkali-kali oleh jamaah berbeda. Masjid ini menyediakan 3 minuman untuk pengunjung bisa mengambil secara gratis, ada air putih, teh hangat, dan jahe hangat (yang ketiga ini saya lupa-lupa ingat antara jahe hangat/kopi). Akan tetapi, lagi-lagi saya tidak kebagian menikmati ini karena sudah habis hihihi.

Oh iya, saya notice sekali waktu masuk ke dalam masjid untuk sholat. Saya mencium aroma seperti kemenyan di dalam masjid, dan kata teman saya itu adalah bau bukhur bukan kemenyan. Aroma di dalam masjid disamakan dengan aroma di Masjid Nabawi, bahkan di tembok bagian depan terdapat potongan kain kiswah yang didatangkan langsung dari Arab Saudi. Kain kiswah ini merupakan kain hitam yang membungkus ka'bah, nah kain kiswah yang ada di Masjid Ar-Rahman ini katanya berasal dari kain lama yang membungkus ka'bah di Mekkah. MasyaAllah...




Terakhir, terima kasih banyak untuk Kak Elma yang sudah menampungku selama 3 hari. Terima kasih sudah diajak keliling Kota Blitar sekaligus di fotoin pula. Memang tamu yang ngelamak ini mah wkwkwk


Sekaligus, terima kasih pula untuk Amel yang udah meluangkan waktu buat ketemu dan nyamperin aku. Ngobrol-ngobrol flashback jaman ngekos dulu yang ternyata masih asik kalau dibahas sekarang hehe. 

Sukses selalu untuk diriku, teman-temanku, dan pembaca Sandyakala 💖

Comments