#4 REFLEKSI: MEMBERI JANGAN SAMPAI MELUKAI
Assalamualaikum teman-teman semua..
Tak terasa ya Bulan Ramadhan akan berakhir dengan hitungan hari. MasyaAllah betapa cepatnya waktu Ramadhan yang kita lalui, semoga di tahun depan kita semua kembali dipertemukan dalam suasana Ramadhan yang lebih baik lagi. Amiin..
Kali ini saya ingin menuliskan catatan refleksi sebagai bahan pengingat bagi diri saya dan mungkin juga pengingat bagi teman-teman semua. Refleksi yang akan saya bahas kali ini mengenai "memberi kepada orang lain di zaman serba instastory".
Bagaimana itu?
Teman-teman mungkin tidak asing dengan salah satu sabda Nabi Muhammad SAW "Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah SWT dalam naungan-Nyapada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya. Diantaranya, seorang yang mengeluarkan suatu sedekah, tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanan." Terdengar familiar bukan?
Saya telah mendengar dan mengetahui hadist ini dari saya SD, akan tetapi pada waktu itu saya berpikirnya "Loh ngapain kok kayak gitu? kan biar orang lain tau kalau aku kaya bisa ngasih sumbangan dan nggak pelit". Sewaktu kecil, saya termasuk golongan yang mengacuhkan makna hadist ini, apalagi di masa itu tentu saja saya senang sekali jika saya memberikan sumbangan dengan nominal besar dan sumbangan saya 'terlihat' oleh orang lain.
Setelah saya menginjak dewasa, ketika saya sudah mampu mencari nafkah sendiri dan bertanggung jawab atas kondisi finansial saya sendiri, saya menyadari bahwa hadist tersebut memberikan makna yang berarti dalam hidup saya. Apalagi di Bulan Ramadhan ini tradisi berbagi menjelang idul fitri sangat beragam dari berbagi hampers, parsel, sodaqoh, dan sebagainya sebagai bentuk penghargaan kita kepada rekan-rekan kerja, teman-teman dekat, guru-guru anak-anak kita, saudara, dan sebagainya.
Akan tetapi, adakalanya niat baik kita untuk berbagi terbentur oleh beberapa hal diantaranya budget untuk memberikan hampers/parcel/sodaqoh yang terbatas, sehingga kita hanya bisa memberi pada beberapa orang saja. Karenanya saya mengatakan bahwa makna hadist tersebut sangat berarti bagi saya, ketika saya belum mampu memberi secara keseluruhan saya memilih memberi dengan lebih sembunyi-sembunyi. Ini bukan berarti ketika saya mampu memberi semua orang saya melakukannya secara terang-terangan, akan tetapi lebih berusaha menyembunyikan pemberian saya. Saya tidak ingin niat baik saya untuk memberi akan memberikan luka dan mengecilkan hati orang lain.
Tentu kita tidak ingin kan niat baik untuk menambah pahala malah membuat kita mendapat dosa karena seseorang yang berkecil hati karena perbuatan kita?
Baca juga Mengenal Pribadi Introvert, Ekstrovert, dan Ambivert
Karenanya sudah tepat sekali untuk kita mengimplementasikan makna hadist ini dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi kita hidup di era media sosial, apapun kegiatan yang kita lakukan tidak ketinggalan untuk dimasukan ke instastory atau fyp tiktok. Saya paham pada beberapa orang menyembunyikan sedekah bukan hal yang tidak mudah untuk dilakukan, seperti pada donasi lembaga yang memang perlu untuk didokumentasikan sebagai bentuk transparasi dana. Akan tetapi kita bisa mengupayakan agar seluruh orang bisa merasakan sedekah yang kita berikan meskipun dalam jumlah yang sedikit. Intinya tidak membiarkan orang lain berkecil hati karena tidak kebagian sedekah kita di tengah gembiranya momen berbagai rezeki, sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali.
Begitupula pada pemberian yang di instastory atau dibuat status dengan menandai si pemberi, menurut saya pribadi lebih baik tidak perlu melakukan hal yang seperti itu. Khawatirnya ada orang lain yang berkecil hati setelah melihat instastory atau status kita, cukup berikan ucapan terima kasih secara pribadi kepada pengirim.
"Tapi barang pemberian dengan dibuat status juga salah satu bentuk menghargai pemberi loh"
Menurut saya, kembali pada keyakinannya masing-masing. Kalau menurut pandangan saya, saya bisa mengucapkan terima kasih atas pemberian barang tersebut baik melalui chat atau telpon, saya juga akan mengatakan permohonan maaf tidak akan membuat status dari barang pemberian itu. Kecuali kalau memang pemberi menginginkan saya membuat status untuk mempromosikan produk misalnya, maka saya akan membuat status. InshaAllah se-simple itu, saya bisa meminimalisir penonton status saya berkecil hati serta tidak menimbulkan salah paham pada pemberi.
Semoga kita dilebihkan rezeki sehingga kita bisa memberi lebih banyak dan lebih menyeluruh ya..
Sidoarjo, 28 April 2022
Comments
Post a Comment