Rekomendasi 6 Tempat Wisata Edukasi dan Sejarah di Surabaya

Rekomendasi 6 Tempat Wisata Edukasi dan Sejarah di Surabaya

Selamat sore teman-teman pembaca Sandyakala..

Sambil mengisi waktu ngabuburit, kali ini saya akan menuliskan beberapa referensi wisata sejarah dan edukasi yang ada di Surabaya. Kebetulan bulan lalu saya sempat mengunjungi beberapa tempat tersebut untuk kegiatan pembelajaran, dan ternyata Kota Surabaya selain terkenal sebagai kota metropolitan juga banyak tempat-tempat bersejarah yang masih dipertahankan dengan baik oleh Pemerintah Kota-nya. Salut banget deh dengan pengelolaan tempat wisata sejarah dan edukasi di Surabaya.

Nah, berikut referensi wisata sejarah dan edukasi di Surabaya dari saya!

Masjid Cheng-Ho Surabaya

Masjid Cheng-Ho Surabaya merupakan masjid berarsitektur Tionghoa yang pertama kali ada di Indonesia. Lokasi masjid ini ada di daerah perumahan, tepatnya di Jalan Gading No 2 Surabaya. Untuk lokasi spesifiknya, masjid ini terletak di belakang Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa Surabaya.

Masjid Cheng Ho (Dokumentasi pribadi)

Pertama kalinya saya berkunjung ke Masjid Cheng-Ho, saya sangat takjub dengan akulturasi budaya Indonesia - Tionghoa - Arab. Ketika saya melihat arsitektur masjid, rasa-rasanya saya seperti berada di kelenteng karena bangunan masjid dominan menggunakan gaya arsitektur Tionghoa dengan perpaduan warna merah yang dominan, kuning, hijau, dan biru. Namun ketika saya masuk ke dalam masjid, suasana masjid yang menenangkan begitu terasa. 

Pada bagian luar masjid terdapat banyak monumen-monumen bersejarah yang ditulis dalam 4 bahasa, yakni bahasa Indonesia, Arab, Inggris, dan Tionghoa. Selain itu, masyarakat suku jawa dan tionghoa hidup berdampingan di wilayah sekitar masjid. Adem banget deh suasananya!

Rumah H.O.S Tjokroaminoto

Rumah yang berada di Jalan Peneleh ini dulunya merupakan rumah tempat belajar Bung Karno beserta tokoh muda perintis kemerdekaan seperti Tan Malaka, Musso, Kartosoewirjo. Beliau-beliau ini berguru pada Haji Oemar Sahid Tjokroaminoto yang sekaligus menjadi pemilik rumah tersebut.

Gambar dari google

Ketika saya memasuki gang Rumah H.O.S Tjokroaminoto, suasana klasik khas bangunan tempo dulu sangat terasa. Meskipun rumah tersebut berarsitektur jaman jadul, namun kondisi rumah sangat terawat sehingga terasa homey. Masuk ke dalam rumah, kita akan disambut banyak foto-foto penghuni rumah tersebut beserta informasi sejarahnya. Selain itu isi interior rumah juga masih dipertahankan keasliannya, seperti atap yang masih menggunakan gedek (bambu tipis yang dirangkai), ranjang besi dengan tirai ranjang, keramik coklat khas jaman dulu, dan kursi-kursi yang masih klasik banget.

Rumah H.O.S Tjokroaminoto (Dokumentasi pribadi)

Sebagai informasi untuk masuk ke rumah ini wajib registrasi dulu disini ya. Karena rumah ini sudah menjadi museum jadi tidak bisa sembarangan masuk. Oh iya, biaya masuknya disini gratis dan bisa foto-foto sepuasnya!

Lodji Besar Cafe

FYI, Kampung Peneleh merupakan kampung tertua di Surabaya sehingga banyak dijumpai bangunan bersejarah disini. Seperti makam Belanda (dekat Lodji Besar Cafe), rumah kelahiran Ir. Soekarno, dan rumah kosan Ir. Soekarno yang berada di rumah H.O.S Tjokroaminoto. 

Lodji Besar bagian depan (Dokumentasi pribadi)

Masih di Jalan Peneleh, ada sebuah cafe yang mengusung konsep sejarah yakni Lodji Besar Cafe. Selain pada bangunannya yang bercorak khas jaman Belanda, interior cafe tersebut banyak benda-benda antik seperti foto-foto Surabaya tempo dulu, peta pertama Kota Surabaya, mesin tik, hingga buku-buku jadul sejarah Kota Surabaya.

Menurut saya, ketika masuk ke Lodji Besar, suasana yang saya rasakan seperti nostalgia pada rumah-rumah jaman dulu ketika saya kecil. Kursi kayu, kusen yang bercat hijau, dan keramik lantai model jadul membuat saya rindu kenangan di masa kecil. Untuk harga minuman dan snack-nya relatif murah, segelas ice chocolate di bandrol seharga Rp. 12.000.

Lodji Besar Cafe (Dokumentasi pribadi)

Museum Pendidikan

Bagi teman-teman yang berkunjung ke Surabaya, wajib banget nih buat ke Museum Pendidikan. Bangunan museum ini dulunya sekolah yang dipugar dan dijadikan museum, disini pengunjung bisa belajar sejarah pendidikan di Indonesia dan mengenang alat-alat belajar pada jaman dulu. Arsitektur museum ini tetap mempertahankan kesan klasik pada bangunannya, dan kesan modern ada interior bagian dalam museum. Sehingga museum ini  terkesan homey namun tetap aesthetic yang sesuai dengan perkembangan jaman. 

Museum Pendidikan (Dokumentasi pribadi)

Oh iya, untuk berkunjung ke museum ini jangan lupa registrasi dulu ya disini. Prosedurnya sama seperti kunjungan ke Rumah H.O.S Tjokroaminoto. Pada bagian belakang museum ini terhubung dengan Taman Ekspresi, jadi Museum Pendidikan tetanggaan dengan Taman Ekspresi. Untuk parkir baik ke Taman Ekspresi atau Museum Pendidikan bisa menggunakan tempat parkir umum genteng kali yang berlokasi di depan Dinas Pendidikan. Selamat mengeksplorasi ya!

Balai Pemuda Surabaya

Nah, ini merupakan destinasi wisata yang hits banget di Tiktok atau Instagram. Ada banyak tempat menarik yang worth it untuk dikunjungi di Balai Pemuda Surabaya. Arsitektur bangunan bagian depan mengingatkan pada bangunan-bangunan khas eropa, lanjut di dalam bangunan tersebut terdapat Perpustakaan Kota Surabaya yang bisa dikunjungi secara gratis, dan ruang pameran bawah tanah yang sering viral di media sosial. Di ruang bawah tanah biasanya digunakan untuk kegiatan pameran seperti lukisan apabila ada event, namun apabila tidak ada event maka diisi oleh foto-foto sejarah Kota Surabaya. Oh iya, di sebelah dalam ruang pameran bawah tanah terdapat area bermain skateboard dengan gambar mural yang lucu-lucu.

Pameran lukisan di Ruang Bawah Tanah (dokumentasi pribadi)

Ruang Bawah Tanah jika tidak ada event dan mural di tempat skateboard (dokumentasi pribadi)

Jika teman-teman ingin sholat, pada luar gedung Balai Pemuda sebelah utara terdapat Masjid Assakinah. Untuk biaya masuk Balai Pemuda gratis dan tidak ada registrasi apapun, pokoknya selama masuk ke ruang pameran bawah tanah tidak boleh bawa makanan dan minuman ya.

Jalan Tunjungan

Terakhir, kalau berkunjung ke Surabaya wajib banget mengeksplor Jalan Tunjungan. Bukan eksplor Tunjungan Plaza loh ya wkwk

Cara saya mengeksplor jalan tunjungan dengan berjalan kaki dari Siola hingga Balai Pemuda Surabaya. Saya bisa melihat dengan detail bangunan yang ada di sepanjang jalan dan lebih menikmati perjalanan saya dibandingkan mengeksplor dengan menaiki sepeda motor. Saya selalu senang merasakan suasananya Jalan Tunjungan, seperti suasana jaman dulu namun ada di masa sekarang.

Eksplor Jalan Tunjungan (Dokumentasi pribadi)

Perjalanan saya awali dengan masuk ke Gedung Siola. Gedung ini dulunya banyak penjual kaset-kaset film luar negeri, namun sekarang sudah dialihfungsikan menjadi Mall Pelayanan Publik. Jadi jika tidak ada kepentingan mengurus sesuatu di MPP, masyarakat dilarang masuk dan hanya bisa menikmati bagian luar gedung.

Siola dan Mall Pelayanan Publik (dokumentasi pribadi)

Lanjut dari Siola, saya jalan ke selatan hingga bertemu Hotel Majapahit. Hotel ini dulunya Hotel Yamato, tempat perobekan bendera Belanda. Disini juga hanya bisa menikmati bagian luarnya saja dan tidak diperbolehkan masuk selain tamu hotel. 

Jika teman-teman jalan ke selatan Hotel Majapahit, sebelum perempatan jika beruntung bisa bertemu penjual pecel semanggi, makanan khas Surabaya. Pecel semanggi terdiri dari daun semanggi, taoge, disiram bumbu pecel dari ketela, dan kerupuk puli nasi. Harganya kisaran Rp. 12.000 per pincuk.

Pecel semanggi (dokumentasi pribadi)

Demikian ekspedisi Kota Surabaya kali ini. Terima kasih sudah membaca hingga akhir, sampai jumpa pada ekspedisi kota selanjutnya!

Sandyakala 💗



Comments