Seri Inklusif Bagian 2: Strategi Pendampingan Remaja Disleksia Di Lingkungan Sekolah

Baca dahulu: Seri Inklusif Bagian 1: Mengupas Tantangan Sosial dan Emosional Remaja Disleksia

Strategi pendampingan remaja disleksia di lingkungan sekolah diantaranya:

1. Pendekatan Individual

Strategi pendampingan utama yang dilakukan oleh guru pendamping saat mendampingi X adalah membangun kepercayaan (trust) antara X dan guru pendamping sebagai fasilitator. Ketika X telah menaruh kepercayaan pada guru pendamping, akan lebih mudah guru pendamping untuk membimbing dan mengarahkan perilaku X. Beberapa langkah yang dilakukan meliputi:

  • Mengenal lebih dalam karakter X.

Guru pendamping melakukannya melalui sesi bercerita tentang diri X. Topik pembicaraan dapat mencakup hobi, makanan favorit, tempat wisata yang disukai, hingga pandangan X terhadap berbagai situasi di sekolah.

  • Menanamkan rasa percaya.

Guru wali (ustaz) dan guru pendamping (ustazah) berupaya menunjukkan bahwa mereka adalah orang dewasa yang dapat membantu X menghadapi kesulitan-kesulitan dalam memahami dinamika di lingkungan sekolah, asalkan X bersedia menceritakan kondisi yang ia rasakan.

Setelah X memiliki rasa percaya terhadap guru pendamping, langkah selanjutnya adalah menyampaikan nilai-nilai sosial yang mungkin belum dipahami melalui sesi diskusi sosial. Sesi ini menjadi sangat penting karena, bagi remaja, menyampaikan ajaran terkait norma dan dasar perilaku di lingkungan sosial lebih efektif dilakukan melalui diskusi dua arah.

2. Pengembangan Keterampilan Sosial

Mengingat keterampilan sosial X masih perlu dikembangkan lebih lanjut, strategi yang diterapkan oleh guru pendamping adalah sebagai berikut:

  • Bangun kepercayaan diri X
X adalah remaja yang cenderung merasa minder ketika berada di lingkungan sosial. Untuk mengatasi hal ini, guru pendamping memberikan pemahaman bahwa ‘setiap anak itu unik dengan karakternya masing-masing, begitu pula dengan X’. Selain itu, guru pendamping mendorong ustaz-ustazah untuk memberikan peran sosial kepada X, terutama dalam aktivitas yang dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki X. Tidak lupa, pujian diberikan atas setiap usaha yang telah dilakukan oleh X untuk membangun motivasi dan rasa percaya dirinya.

  • Melatih kemampuan komunikasi
Karena X masih memiliki hambatan dalam komunikasi verbal dan nonverbal, guru pendamping menggunakan pendekatan role-playing untuk melatih kemamuan komunikasi dalam berbagai situasi sosial. Contohnya, melatih gesture X saat berjalan melewati ustaz atau ustazah yang sedang duduk, memberikan koreksi terhadap ucapan yang kurang pantas saat bercanda, serta mengajarkan bahasa komunikasi yang tepat ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, dan sebagainya.

  • Peer-Group Support
Mengingat kebutuhan X untuk memiliki teman dan diterima dalam lingkungan sosial sangat besar, guru pendamping tidak hanya fokus pada merangkul X, tetapi juga merangkul beberapa teman X yang bersedia menjalin pertemanan dengannya.

Selanjutnya, ketika X sudah memiliki kelompok teman sebaya, guru pendamping memfasilitasi agar X dapat berpartisipasi secara positif dalam kelompok tersebut. Contohnya, X mengajarkan matematika dan bacaan shalat kepada teman-temannya atau  mengajak mereka bermain basket bersama. Dengan cara ini, kelompok teman tersebut dapat memandang X sebagai individu yang berdaya dan dapat diandalkan, meskipun X adalah anak dengan pendampingan di sekolah.

Manfaat positif lainnya dari pengembangan peer-group support adalah guru pendamping memiliki partner untuk berkolaborasi dalam mengembangkan keterampilan sosial X. Kelompok teman ini dapat membantu guru pendamping dengan memberikan koreksi dan mengingatkan X terhadap perilaku yang kurang tepat ketika berada di lingkungan sosial.

  • Refleksi Diri Secara Berkala
Setelah dilakukan treatment, langkah selanjutnya yang tidak kalah penting adalah melakukan refleksi diri secara berkala. Guru pendamping melaksanakan strategi ini melalui diskusi individual bersama Ananda.  Fokus refleksi yang dilakukan guru pendamping meliputi

Memberikan Pertanyaan Terarah

Contoh pertanyaan:

  1. "Bagaimana keadaanmu selama seminggu ini?”
  2. "Apakah ada kejadian yang membuat kamu merasa tidak nyaman?”
  3. “Apa saja kejadian yang membuat kamu merasa tidak nyaman?”
  4. “Bagaimana hubunganmu dengan teman-teman di sekolah? Apakah ada konflik yang terjadi?”
  5. “Kenapa, menurutmu, konflik itu bisa terjadi?”
  6. “Apa yang kamu rasakan saat mengalami konflik seperti itu?
  7. “Bagaimana akhir dari konflik itu? Apakah sudah terselesaikan atau belum?”
  8. “Jika belum terselesaikan, apa yang menurtmu perlu dilakukan untuk menyelesaikan konflik tersebut?”
  9. “Dari konflik yang terjadi, pelajaran apa yang kamu dapatkan?”
  10. “Apa yang harus kamu lakukan ke depannya agar konflik serupa tidak terulang lagi dengan teman-temanmu?
      Menekankan Kekuatan dan Potensi

Pada sesi refleksi, biasanya tergali informasi yang menyeluruh dari kejadian yang dialami X. Terkadang kejadian yang terjadi terdapat peran X yang menyebabkan konflik, hal ini dikarenakan ketidakmampuannya dalam melihat situasi sosial.

Oleh karena itu, guru pendamping tidak hanya berfokus pada konflik yang terjadi, tetapi juga membantu X untuk mengenali dan mengembangkan potensi yang belum terlihat. Tujuan dari sesi ini adalah agar X dapat memahami letak kesalahannya, merefleksikan perilaku yang sudah dilakukan, dan meminimalkan terjadinya kejadian serupa di masa depan.

Memberikan Umpan Balik Positif

Langkah terakhir dalam sesi refleksi adalah memberikan umpan balik positif. Guru pendamping memberikan apresiasi atas setiap hal baik, sekecil apa pun, yang dilakukan oleh X. Contohnya, dengan memberikan pujian, hadiah kecil seperti permen, atau gestur positif seperti high five. 

  • Sinergi Bersama Orang Tua

Setelah menerapkan keempat strategi diatas, langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah melibatkan orang tua dalam mendampingi anak. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa orang tua dan guru memiliki pendekatan yang selaras dalam memberikan treatment kepada anak. Dengan sinergi dan tujuan yang sama antara orang tua dan guru, proses pendampingan diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal.

Comments