#3 REFLEKSI DIRI: BERDAMAI DENGAN OVERTHINKING


Bicara mengenai overthinking pastinya ada banyak sekali hal-hal yang bikin carut marut di kepala. Mau nggak dipikir tapi kepikiran, kalau dipikir bikin galau. Sebagai manusia pastinya wajar banget sih punya banyak hal yang dipikirkan.

Dari kita kecil misalnya, mikirin gimana menjawab ujian matematika yang susahnya minta ampun, mikirin gimana caranya minta tanda tangan ke orang tua di kertas ujian yang mendapatkan nilai jelek, atau mikirin mau main apa sepulang sekolah. Itu hal yang wajar sih, selama kita hidup pasti selalu ada banyak hal yang dipikirkan. Tidak mungkin juga manusia hidup tanpa ada yang dipikirkan sama sekali, yang ada bukan manusia tapi zombie kali wkwkwk

Semakin bertambah usia semakin banyak persoalan yang akan kita alami, dan semakin overthinking juga apa yang kita pikirkan. Itu wajar sekali. Karena overthinking merupakan bagian dari proses pendewasaan seseorang. Bayangkan jika kita tidak dapat mengatasi masalah kecil yang terjadi pada hidup kita misalnya, maka kita akan kesulitan mengatasi masalah-masalah yang terjadi di kemudian hari. 

Menjadi dewasa tak lain adalah bergelut dengan masalah, pun menjadi dewasa juga berteman dengan masalah. Singkatnya, menjadi dewasa adalah masalah. 

Menjelang usia saya yang akan memasuki seperempat abad, overthinking saya bukan lagi mengenai hal-hal yang bisa diselesaikan dengan mudah. Dalam artian semakin saya mencoba untuk menyelesaikan, jalan yang saya lalui begitu susah, pun hasil yang saya dapatkan belum tentu sesuai dengan yang saya harapkan. Bagaimana tidak, overthinking yang sedang saya alami di dominasi perkara jodoh, karir, pendidikan, dan kodrat saya sebagai wanita. Jawaban dari itu semua, tidak bisa saya dapatkan dengan mudah.

Baca juga Catatan Menuju Seperempat Abad

Dulu sewaktu saya masih menjadi mahasiswa, impian saya lulus di usia maksimal 21 tahun, lalu saya melanjutkan pendidikan profesi 2 tahun, dan menikah di usia 23 tahun. Qodarullah, saya memang diberikan rezeki lulus di usia 21 tahun, akan tetapi rezeki untuk melanjutkan kuliah dan menikah belum menghampiri saya.  Kecewakah saya? Iya, pernah. Namun semakin saya dewasa,  saya menyadari bahwa semakin banyak kejadian yang terjadi dalam hidup saya. Kejadian-kejadian ini terjadi diluar kendali saya, hingga akhirnya saya mau tidak mau harus menerima dan menjalani apa yang sudah ditakdirkan. 

Perkara jodoh misalnya, hingga usia saya yang hampir seperempat abad hilal jodoh saya masih belum terlihat. Kecewa? Ada, tapi tidak banyak dan tidak mempengaruhi hidup saya. Sebagian diri saya merasa ingin disegerakan apalagi teman-teman bahkan adik tingkat saya banyak yang sudah menikah. Akan tetapi sebagian diri saya merasa 'sudah cukupkah ilmu saya atau sudah siapkah mental saya hidup dalam pernikahan', banyak sekali kegelisahan saya yang belum siap saya hadapi mengenai realitas hidup dalam sebuah pernikahan.

Baca juga Meluruskan Makna Self Healing: Bukan Jalan-Jalan!

Menjadi dewasa, saya belajar untuk mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup saya. Saya mengakui bahwa versi saya yang dewasa ialah saya lebih banyak berpikir pada berbagai hal. Tidak lagi grusa-grusu, dan yang terpenting orientasi hidup saya bukanlah seberapa cepat saya sampai pada suatu tujuan, namun seberapa tepat tujuan tersebut untuk saya. Bisa jadi ketika dalam sebuah perjalanan untuk mencapai tujuan tersebut, saya menyadari bahwa tujuan tersebut bukanlah yang terbaik untuk saya, maka saya tidak akan ragu untuk belok dan menuju tujuan yang saya harapkan.

Hidup menurut saya hanyalah sawang sinawang

Jika saya terus menerus melihat kehidupan orang lain tentu saja akan banyak kekurangan dalam hidup saya dibandingkan dengan kehidupan orang tersebut. Begitupula sebaliknya, orang lain pun bisa jadi melihat hidup saya terlihat nyaman. Padahal saya sendiri masih struggling dengan hidup saya. 

Solusi terbaik yang saya lakukan untuk meminimalisir overthinking ialah bodo amat. Dalam artian, 'yasudah mau gimana lagi' wkwkwk. Jalanin saja hidup yang ada, toh memang jalan dan rezeki orang beda-beda kok. Kalau di dahului adik sepupu nikah, yasudah mau gimana lagi, kan emang sudah ketemu jodohnya. Yakali mencak-mencak, nangis-nangis? kan lawak :D 

Terakhir, overthinking itu wajar. Jadi tidak perlu memikirkan sesuatu yang belum terjadi pada diri kita. Kita jangan hanya berfokus pada hal-hal yang belum kita capai, tapi berfokuslah pada hal-hal yang kita jalani hari ini. Nikmati setiap detik yang dilalui, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. 

Salam sesama overthink-ers

Sandyakala💗

Comments