MENGENAL KEPRIBADIAN INTROVERT, EKSTROVERT, DAN AMBIVERT


MENGENAL KEPRIBADIAN INTROVERT, EKSTROVERT, DAN AMBIVERT
Seorang rekan pernah bertanya pada saya seperti ini. 

"Saya pernah tes kepribadian, nah disitu hasilnya saya lebih dominan ekstrovert dibandingkan introvert. Padahal saya merasa diri saya introvert, dan bahkan saya kadang merasa kalau saya ambivert. Gimana bisa gitu ya?"

Teman-teman, sebelum saya membahas mengenai kepribadian introvert dan ekstrovert. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa kepribadian introvert dan ekstrovert bukanlah kepribadian yang mutlak. Mereka hadir dalam bentuk spektrum dengan rentang tertentu, karenanya kepribadian manusia tidak mutlak 100% introvert atau 100% ekstrovert saja. Bisa jadi kita memiliki dua kepribadian tersebut akan tetapi dengan porsi yang berbeda, misal 30% ekstrovert dan 70% introvert atau 50% introvert dan 50% ekstrovert yang biasa disebut dengan ambivert.

Nah, sekarang mari kita membahas tentang bagaimana sih orang dengan kepribadian introvert, ekstrovert, dan ambivert itu?

Konsep kepribadian Introversion - Extraversion dicetuskan oleh Psikiater yang bernama Carl Gustav Jung. Jung membagi kepribadian manusia yang merujuk pada bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Jadi seseorang dengan kepribadian introvert bukan hanya dia orang yang pendiam saja, begitu pula seseorang dengan kepribadian ekstrovert bukan hanya sebatas seseorang yang selalu ceria saja. Akan tetapi bagaimana cara seseorang bisa mendapatkan dan menyerap energi dari dunia, apakah dengan memilih ketenangan dan menyendiri (introvert) atau dengan berinteraksi dengan lingkungan sosial (ekstrovert).

  • Kepribadian Introvert

Perlu digarisbawahi bahwa pribadi introvert bukanlah seseorang yang memiliki rasa malu yang tinggi, kecemasan sosial, atau pendiam. Mereka hanya lebih nyaman ketika berada diruang private. Menurut Jung, seseorang dengan kepribadian introvert cenderung lebih menyukai aktivitas yang tidak melibatkan banyak orang dan memberikan perhatian yang lebih berpusat pada diri sendiri. Hal ini dikarenakan orang introvert akan merasa energinya terkuras habis setelah lama bersosialisasi dan berinteraksi dengan banyak orang. Untuk mendapatkan energi kembali, mereka menghabiskan waktu dengan sendirian.

Saya beri contoh nyata deh. 

Saya merupakan seorang introvert. Sudah dipastikan demikian, karenanya ketika saya capek setelah seharian bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, saya akan menyendiri untuk memulihkan tenaga saya. Saya akan benar-benar merasa tidak nyaman ketika dalam penyendirian saya, seseorang mendistraksi dengan mengajak berbicara atau mendekati saya. Singkatnya saya hanya ingin sendirian, tidak diganggu siapapun, dan saya bebas meredam suara-suara yang ada dipikiran saya.  

Baca juga Catatan Menuju Seperempat Abad

Bagi saya ketika dihadapkan dengan banyak interaksi, saya sangat mudah merasa capek. Apalagi dengan banyaknya orang yang ada di sekitar saya, seketika saya bisa merasa pusing hanya karena melihat banyaknya manusia. Karenanya untuk memulihkan fisik dan psikis saya, saya memilih untuk menghabiskan waktu untuk diri saya sendiri. Meskipun hanya sekedar memejamkan mata, hal ini cukup mampu membuat diri saya lebih tenang.

Kalau begitu apakah saya anak yang kurang pergaulan karena saya tidak banyak berinteraksi?

Oh tentu saja tidak dong. Seseorang yang introvert lebih senang berinteraksi yang dalam dan intim bersama sedikit orang, karenanya mereka lebih bertenaga dan fokus ketika menghabiskan waktu secara personal atau kelompok kecil. Tentu saja seorang introvert tidak hanya berdiam diri di rumah ketika menghabiskan waktu luangnya, adakalanya mereka merasa perlu bertemu dan bersosialisasi dengan seseorang. Mereka juga bisa bersikap ekspresif apabila bersama circle pertemanan yang membuatnya merasa nyaman.

  • Kepribadian Ekstrovert

Menurut Jung, seseorang dengan kepribadian ekstrovert mempunyai karakteristik lebih ekspresif dalam menyampaikan setiap emosi yang dirasakannya. Maka tidak heran jika stereotip orang ekstrovert diantaranya suka cari perhatian, selalu ceria, banyak bicara, dan bahkan sangat mudah didekati. Padahal nih, orang ekstrovert memang lebih mudah menjalin komunikasi karena mereka mendapatkan energi dari adanya keterlibatan dalam interaksi sosial. Mereka mendapatkan kegembiraan, inspirasi, energi dari berinteraksi dan berdiskusi dengan orang lain.

Seorang ekstrovert sangat mungkin merasa bosan ketika mereka menghabiskan terlalu banyak waktu sendirian. Karenanya mereka sangat mudah mendapatkan teman baru, dan juga memperluas jaringan sosial. Akan tetapi jika orang introvert bisa membangun hubungan dan interaksi yang bermakna melalui kelompok kecil, hubungan dan interaksi dengan orang ekstrovert seringkali hanya menjadi kenalan dan tidak lebih dari itu. Meski tampak mudah menjalin relasi, mereka dapat merasakan kekosongan dalam hubungan relasi tersebut.

  • Kepribadian Ambivert

Apabila teman-teman merasa saat kecil lebih introvert tapi saat dewasa lebih nyaman ekstrovert, itu hal yang wajar. Seperti yang saya bilang bahwa kepribadian introvert-ekstrovert merupakan spektrum yang bisa bersifat fluktuatif. Apalagi kepribadian dalam diri manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan sebagai individu, pastinya banyak situasi yang berbeda ketika masa anak-anak dan saat menginjak dewasa.

Baca juga Berdamai Dengan Overthinking

Kepribadian ambivert berada ditengah-tengah antara introvert dan ekstrovert. Orang ambivert memiliki keunggulan dibandingkan introvert dan ekstrovert murni, mereka cenderung berperilaku berdasarkan situasi. Sehingga mereka lebih banyak, lebih mudah, dan lebih dalam terhubung dan mempertahankan relasi dengan banyak orang. 

Ciri yang paling terlihat nyata pada orang ambivert diantaranya: 

  • Dalam keadaan sendirian bisa terasa bosan, akan tetapi di kerumunan orang bisa membuat lelah.
  • Berinteraksi dengan orang lain terasa menyenangkan, tetapi apabila terlalu banyak orang merasa lelah.
  • Suka merenung akan tetapi juga suka menuangkan aspirasi baik berupa tulisan, lagu, lukisan, dan sebagainya
  • Suka mengerjakan tugas secara mandiri ataupun berkelompok
Nah dari sini, saya juga merasakan beberapa kecocokan dengan kepribadian ambivert 😀 tapi santai saja, apapun kepribadian kita pastinya memiliki kekuatan masing-masing. Jadi tidak perlu terlalu diambil pusing hanya karena menentukan kepribadian kita introvert/ekstrovert/ambivert, yang penting kita bisa bertanggung jawab dalam menghadapi situasi tersebut dan menciptakan rasa nyaman. 

Semoga tulisan saya bisa memberikan pencerahan mengenai konsep kepribadian ini ya. Terima kasih sudah berkenan membaca 🌻

Sandyakala 💗

Comments

  1. 1 am 58% ektrovert and 42% introvert

    Thank you for this article

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau aku lebih dominan introvert dan kadang merasa ambivert wkwk
      My pleasure ms, thank you sudah mampir di blog ini

      Delete

Post a Comment