#5 REFLEKSI DIRI: PEREMPUAN DAN HARI RAYA

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu.

➴✿

Gema takbir berkumandang dari berbagai penjuru tempat. Semua orang bersuka cita menyambut datangnya hari kemenangan umat islam, hari raya idul fitri. Rumah-rumah dibersihkan, baju-baju terbaik dikenakan, berbagai makanan disajikan, dan tidak lupa pula hampers untuk sanak saudara serta uang THR bagi anak-anak disiapkan. Semua orang berusaha memberikan suasana hari raya idul fitri yang mengesankan.

Dalam keluarga kami, saya dan ibu merupakan otak sekaligus eksekutor utama dalam mempersiapkan kebutuhan lebaran. Karena keluarga kami selalu sibuk dengan aktivitas masing-masing sehingga tamu di rumah kami hanya ada di hari raya idul fitri. Sehingga saat lebaran, kami ingin memberikan jamuan yang layak bagi para kerabat yang datang untuk bersilaturrahmi.  

Namun sejak ibu saya berpindah tugas di luar provinsi, mau tidak mau saya yang mengambil peran sebagai eksekutor utama dan satu-satunya dalam keluarga kami. Dari jauh-jauh hari, saya sudah merancang dan mencicil belanja kebutuhan lebaran. Mendekati lebaran, saya menyiapkan rumah kami agar terlihat layak dan nyaman ketika dikunjungi. Saya menjadi manusia yang paling sibuk ketika mendekati lebaran. 

Awalnya saya menganggap kesibukan saya menjelang lebaran merupakan yang biasa saja. Ya sewajarnya orang kalau mau menjamu tamu maka pastilah akan berusaha memberikan yang terbaik. Hingga suatu hari, ketika saya scroll aplikasi X saya menemukan postingan video Pak Anies Baswedan dan Bu Fery yang membuat saya merasa terharu. 

"Saya ingin sampaikan terima kasih buat semua ibu-ibu di seluruh Indonesia yang bekerja keras menyiapkan suasana lebaran di tiap rumah menjadi suasana yang menyenangkan. Ibu-ibu yang kerja menyiapkan masakannya, menyiapkan rumahnya, menyiapkan kumpul keluarganya, menyiapkan pakaiannya, dan menyiapkan keperluan untuk menyambung tradisi. Kerjanya nggak terlihat ya, terima kasih buat semuanya. Insha allah selalu sehat."

Saya sangat menghighlight kata "Ibu-ibu" dalam ucapan Pak Anis. Meskipun saya belum menikah dan menjadi ibu, tapi saya seorang perempuan. Saya sangat merasakan sekali betapa banyak dan capeknya tugas domestik seorang perempuan menjelang lebaran. Apalagi bagi perempuan yang sudah berperan sebagai seorang ibu dan istri, beban pekerjaannya jauh lebih banyak dan lebih berat berkali-kali lipat karena harus menyiapkan keperluan lebaran untuk keluarganya sendiri, keperluan untuk berlebaran di keluarga istri, dan keperluan untuk berlebaran di keluarga suami.  

Pun ketika hari H-nya lebaran, para perempuan memulai pagi lebih awal dari biasanya. Mereka langsung berkecimpung dengan kompor dan segala jenis makanan yang akan disantap setelah pulang dari Sholat Ied. Bahkan di sela-sela momen halal bi halal, para perempuan masih mengupayakan jamuan yang terbaik bagi para tamu. Begitu pula ketika para tamu sudah pulang, para perempuan segera bergerak membersihkan dan merapikan tempat jamuan sebelum tamu selanjutnya datang kembali. 

Hal ini berlangsung selama beberapa hari hingga momen lebaran selesai. Bayangkan betapa strong-nya para perempuan, terutama para ibu-ibu. Pantas saja Pak Anies berterima kasih pada para ibu bukan para bapak, karena sebagian besar kesuksesan perayaan hari raya idul fitri diupayakan oleh perempuan. 

🌙

Sehingga, teruntuk para suami, kakek, adik laki-laki, kakak laki-laki, dan semua laki-laki yang hidup di dunia dan merayakan lebaran. 

Bermurah hatilah pada para perempuan. Tanpa adanya perempuan kalian tidak akan merayakan suasana lebaran yang menyenangkan dan penuh makna. Kami para perempuan sangat butuh dan senang sekali apabila kalian membantu meringankan beban pekerjaan domestik kami saat lebaran. Serta idealnya, momen menyambut dan merayakan lebaran dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Karena hari raya idul fitri tidak hanya diperuntukkan bagi laki-laki saja, namun bagi laki-laki dan perempuan.

Jangan gengsi karena laki-laki membereskan meja, mencuci piring, menata makanan, mengganti pampers anak, menyapu rumah, dan melakukan pekerjaan domestik lainnya. Bagi kami para perempuan, laki-laki yang mau berbagi tugas domestik dengan perempuan itu laki-laki yang sangat keren. Justru bagi kami, laki-laki yang tidak mau berbagi tugas domestik adalah laki-laki yang memalukan. Bukankah Rasulullah juga melakukan pekerjaan domestik?Lantas, apakah kalian para laki-laki yang tidak mau berbagi tugas domestik lebih baik dari Rasulullah?

Terakhir, jangan lupa para laki-laki memberikan apresiasi kepada ibu, istri, kakak perempuan, adik perempuan, dan semua perempuan yang telah berjuang memberikan upaya terbaiknya untuk menyukseskan perayaan idul fitri. Sekecil apapun apresiasi dari kalian, kami akan menghargainya. Meskipun, apresiasi yang lebih besar akan sangat kami hargai wkwkwk

Comments