Mengenal Stres: Stres Dalam Fase Kehidupan


         
            Kata ‘stres’ sering kali kita ucapkan ketika terjadinya ketidaksesuaian antara ekspektasi yang kita harapkan dengan realitas yang terjadi. Sadar atau tidak, setiap manusia tidak dapat menghindari kemunculan stres yang menyerang kondisi jiwa, fisik, dan psikis seseorang. Stres bisa menyerang pada siapa saja, tanpa mengenal jenis kelamin, ras, usia, kedudukan, jabatan, status ekonomi, maupun status sosial.

             Sebenarnya, apa sih stres itu?

           Istilah stres, menunjukkan adanya tekanan pada tubuh. Perumpamaannya, batu dengan berat berton-ton yang jatuh pada saat tanah longsor akan membentuk lubang. Nah, lubang inilah yang disebut stres. Namun dalam psikologi, istilah stres ini digunakan untuk menunjukkan tekanan atau tuntutan yang dialami individu ketika beradaptasi atau menyesuaikan diri (Nevid, dkk: 2003).

            Pada batas tertentu, stres baik untuk diri kita karena stres membantu kita untuk tetap waspada dan aktif. Namun, stres yang terlalu kuat dan berlangsung dalam waktu yang lama akan sangat membahayakan diri kita jika kita tidak memiliki kemampuan lebih untuk mengatasi (coping ability) stres tersebut. Bahkan, kadar stres yang terlalu tinggi ini akan berdampak terjadinya penderitaan fisik atau mental yang biasanya kita kenal dengan istilah distres. Depresi, cemas, sakit kepala, kelelahan, serta keluhan fisik lainnya merupakan akibat dari adanya distres ini.

            Stres dapat menyerang dalam berbagai tahap perkembangan manusia, mulai dari fase bayi, anak, remaja, hingga dewasa. Stres pada bayi bisa terjadi karena kurang ramahnya lingkungan tempat tumbuh kembang bayi, selain itu adanya ketidak sesuaian akan tuntutan yang diberikan orang tuanya. Biasanya, orang tua membuat tuntutan yang membuat bayi harus mengendalikan berbagai dorongan alamiahnya. Seperti, menerima penyapihan dari ibunya, padahal bayi masih belum mau untuk disapih. Kemudian mentaati jadwal makan yang dibuat orang tuanya, serta berlatih buang air pada tempatnya. Semua tuntutan ini harus melalui proses yang berulang-ulang, tidak terjadi dalam sekejap mata. Karenanya, bayi sering mengalami stres dalam memenuhi tuntutan yang ada. Selain itu, sikap penolakan dan ketidak pedulian ibu terhadap kebutuhan bayi juga dapat memunculkan stres.

            Pada anak-anak umumnya stres yang terjadi berasal dari lingkungan intern rumah, sekolah, atau teman sepermainannya. Seperti ketidakharmonisan hubungan antar anggota keluarga, kesulitan dalam menyelesaikan tugas di sekolah, hingga tidak disenangi teman-temannya.

            Menginjak remaja, penyebab stres semakin bervariasi. Biasanya didominasi oleh konflik atau pertentangan terhadap tuntutan keluarga, karena pada masa ini remaja menginginkan kebebasan akan dirinya. Membolos, berbohong, melawan orang tua merupakan fenomena-fenomena umum yang terjadi pada remaja pada saat ini.

Terakhir, stres yang terjadi pada orang dewasa yang begitu kompleks bersumber sari beberapa hal, diantaranya kegagalan dalam berumah tangga, anak berbuat kriminal, penyimpangan seksual, dan sebagainya.    

Comments