Sehari di Malang: Jalan-Jalan Seru, Makan-Makan Serius! (Bagian 1)
Apa sih yang langsung kebayang kalau denger kata "Malang"?
Mungkin udara yang sejuk, suasana kota yang adem, pemandangan alam yang masih asri, atay deretan perkebunan yang memanjakan mata. Nggak salah sih, karena Malang emang punya daya tarik yang bikin betah buat liburan bareng keluarga, teman, atau bahkan solo travelling.
Malang ini lokasinya di Jawa Timur dan terbagi jadi tiga wilayah utama: Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Masing-masing punya ciri khas yang unik. Kota Malang dikenal dengan wisata heritage-nya, kuliner legendaris, dan tempat edukatif seperti Museum Brawijaya atau Balai Kota. Kalau Kabupaten Malang lebih ke arah wisata alamnya—pantai cantik, pegunungan, dan suasana pedesaan yang adem. Sementara Kota Batu? Wah, ini surganya perkebunan, villa-villa kece, dan kafe-kafe cantik yang cocok banget buat healing tipis-tipis.
Nah, mumpung lagi libur sekolah, Malang bisa dijadikan pilihan yang tepat untuk liburan singkat yang mengesankan. Di postingan ini, saya akan membagikan beberapa rekomendasi tempat wisata yang sempat saya kunjungi dalam perjalanan satu hari di Kota Malang. Siapa tahu bisa jadi referensi buat kamu yang lagi cari destinasi liburan berikutnya!
1. Pengalaman Menginap di Riche Herritage Hotel Malang: Lokasi Strategis, Tapi...
Sebagai orang yang cukup sering bolak-balik ke Malang, biasanya saya tipe yang langsung pulang-pergi. Tapi kali ini agak beda. Saya dan teman-teman kerja memutuskan buat staycation 1 hari 1 malam di tengah kota Malang. Setelah muter-muter nyari penginapan yang cocok di kantong dan lokasinya strategis, akhirnya pilihan jatuh ke Riche Heritage Hotel.
Apakah ini hotel terbaik? Hmm… mungkin nggak “wow banget”, tapi ya nggak mengecewakan juga. Kami booking lewat aplikasi Agoda, ambil dua tipe kamar: satu family room buat 4 orang, satu lagi kamar standar untuk 2 orang.
Pas pertama sampai, kesan saya cukup positif. Lokasinya emang juara! Di kanan ada Gereja Immanuel dan Masjid Agung Jami’, di kiri ada Gramedia dan Kampung Heritage Kajoetangan, di belakang bisa menembus ke Kampung Herritage Kajoetangan, terus di depannya langsung Alun-Alun Malang dan Sarinah Plaza. Mau wisata kuliner atau jalan-jalan, tinggal jalan kaki. Strategis banget!
Untuk kamar family-nya, kami cukup puas. Fasilitasnya oke: 2 kasur besar, shower air panas-dingin, TV, Wi-Fi, perlengkapan mandi lengkap, dan sandal hotel juga dapat. Minusnya, handuknya nggak dikasih—karena petugasnya lupa. Sarapan sistemnya buffet dan menunya lumayan bervariasi: nasi, sayur, ayam goreng, roti bakar, buah, puding, sampai sereal. Cukup mengenyangkan lah ya.
Masalah baru muncul di kamar yang isi 2 orang. Di aplikasi, jelas tertulis dapat AC dan sarapan. Tapi pas check-in, petugas bilang nggak ada AC dan nggak dapat sarapan, kecuali kami upgrade kamar. Katanya sih kamar ber-AC sudah penuh. Tapi beberapa waktu setelah kami berdebat panjang, tiba-tiba ada kamar ber-AC yang kosong—tapi harus bayar ekstra. Lah, kok bisa? Katanya habis? 😅
Akhirnya, ya sudah, kami ambil kamar itu meski tanpa sarapan. Tapi ya jadi nanggung banget karena harga kamarnya hampir sama dengan kamar family. Yang bikin agak kesal, kami malah disalahkan karena pesan lewat online dan “nggak tahu” kondisi kamar yang tersedia. Ya kan gunanya aplikasi booking itu biar praktis dan jelas, ya kan? Hadeh...
Kamar 2 orang: kurang recommended.
Kamar family room: worth it.
Buat kamu yang lagi cari penginapan di tengah kota Malang, boleh banget pertimbangkan Riche Hotel—tapi pastikan semua fasilitas sudah jelas di awal ya! Semoga ke depannya pelayanannya makin membaik.
2. Sarapan Seru di Pasar Oro-Oro Dowo, Malang
Kalau kalian lagi jalan-jalan pagi di Kota Malang dan bingung mau sarapan di mana, coba deh mampir ke Pasar Oro-Oro Dowo. Lokasinya nggak jauh dari Alun-Alun Kota Malang, cuma sekitar 10 menit aja. Bisa jalan kaki sambil olahraga ringan, atau naik ojek online juga gampang banget.
Pasar Oro-Oro Dowo ini salah satu pasar tradisional yang cukup terkenal di Malang. Tapi jangan bayangin pasar yang becek dan semrawut, ya. Di sini suasananya bersih, tertata rapi, dan cukup nyaman buat keliling-keliling cari jajanan atau belanja kebutuhan harian. Mulai dari sayur segar, buah, sembako, sampai jajanan pasar dan makanan berat ada semua di sini.
Yang bikin seru, di dalam pasar ini juga ada beberapa kuliner viral yang wajib dicoba! Ada Bakso Goreng Bagoplek yang antreannya selalu panjang, dan Kue Lumpur Kentang Wolak Walik 27 yang antreannya bisa sampai 1–2 jam—serius! Kalau kalian penasaran sama dua menu ini, mending pre-order dulu lewat WhatsApp, jadi tinggal ambil tanpa harus ikut antrian panjang. (Nomornya bisa dicari di Google Review atau Instagram ya.)
Setelah berkeliling pasar, saya sendiri akhirnya mutusin buat sarapan di Pangsit Mie Ayam Arema Classic. Dan jujur aja, ini mie ayam enak banget! Mienya lembut, kuah kaldunya gurih pas, ditambah bakso dan ceker yang bikin komplit. Ini sih bisa dibilang mie ayam yang bikin kangen Malang. Wajib banget dicoba kalau lagi main ke sini!
3. Menelusuri Kampoeng Heritage Kajoetangan: Jejak Masa Lalu di Tengah Kota Malang
Setelah perut kenyang sarapan di Pasar Oro-Oro Dowo, perjalanan bisa dilanjutkan ke tempat yang nggak kalah seru: Kampoeng Heritage Kajoetangan. Lokasinya nggak jauh dari pasar, bisa ditempuh dengan jalan kaki santai. Di sinilah kamu bisa ngerasain sisi lain dari Malang yang kaya akan sejarah dan suasana tempo dulu.
Kajoetangan dikenal sebagai salah satu kawasan heritage paling ikonik di Malang. Sepanjang jalan kawasan Kajoetangan, kamu bakal disambut dengan bangunan-bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh. Ada Toko Oen, tempat es krim legendaris yang udah ada sejak zaman dulu, Tugu Jam Stadsklok, sampai Gereja Katolik Hati Kudus Yesus yang megah dan bersejarah. Sepanjang jalan juga banyak banget toko antik dan kafe-kafe estetik dengan nuansa vintage yang super Instagramable!
Masuk ke kawasan Kampoeng Heritage ini juga murah banget, cukup bayar Rp10.000, kamu udah bisa eksplor sepuasnya plus dapet postcard vintage khas bangunan Kayutangan. Seru, kan? Area ini masih merupakan pemukiman warga, tapi rumah-rumah di dalamnya banyak yang dijadikan cagar budaya karena usianya yang sudah ratusan tahun sejak zaman penjajahan. Suasana khas tahun 70–90-an masih terasa banget—mulai dari desain rumah, lorong sempit yang artistik, sampai detail-detail kecil yang bikin nostalgia.
Jangan lupa foto-foto di spot ikonik seperti rumah jengki, dan susuri gang-gang kecil yang dihiasi mural-mural kreatif karya seniman lokal. Jalan-jalan di sini tuh rasanya kayak lagi kembali ke masa lalu, tapi tetap ada sentuhan kekinian yang bikin pengalaman makin berkesan.
4. Kios Mera: Pit Stop Wajib Saat Jelajah Kayutangan
Di tengah-tengah serunya menjelajah kawasan Kampoeng Heritage Kajoetangan, kamu bakal nemuin satu spot lucu yang bisa jadi tempat istirahat sekaligus ngadem sebentar—namanya Kios Mera. Tempat ini tersembunyi di dalam gang kecil, namun nuansa vintage khas Belanda langsung terasa dari desain bangunannya yang klasik dan penuh karakter.
Kios Mera ini semacam kios mini yang menjual berbagai jajanan ringan yang cocok banget buat nemenin istirahatmu setelah muter-muter. Ada ayam cutlet, mendol (gorengan khas Malang yang gurih), dan berbagai minuman segar seperti es coklat, es beras kencur, sampai es krim homemade yang lembut dan segar banget. Cocok banget buat recharge tenaga sebelum lanjut eksplor!
Selain jajanan, di sini juga ada berbagai pernak-pernik lucu yang bisa kamu jadikan oleh-oleh, seperti gelang, kalung, tas rajut, sampai gantungan kunci dengan sentuhan etnik dan handmade. Sambil duduk santai dan menikmati camilan, kamu juga bisa lihat-lihat kerajinan lokal yang dipajang di sudut-sudut kios.
Suasananya tenang, hangat, dan cocok banget buat foto-foto juga. Kios Mera ini bisa jadi tempat rehat yang pas banget setelah jalan kaki keliling kampung heritage. Jadi, jangan lupa mampir kalau kamu sedang menjelajah Kayutangan ya!
5. Nostalgia di Kopi Hamur Mbah Ndut: Serasa Main ke Rumah Kakek-Nenek
Kalau Kios Mera cocok buat singgah sebentar setelah muter-muter di Kayutangan, maka Kopi Hamur Mbah Ndut pas banget buat istirahat yang lebih santai dan lama. Tempat ini tuh semacam hidden gem di kawasan Kampoeng Heritage Kajoetangan yang bikin kamu berasa lagi main ke rumah kakek-nenek.
Kopi Hamur Mbah Ndut adalah rumah kuno bergaya kolonial yang sekarang disulap jadi kedai kopi, tapi tetap mempertahankan nuansa aslinya. Hampir semua bagian rumah dipakai untuk area ngopi—mulai dari teras depan, halaman samping, ruang tamu, sampai ruang tengah yang lebih privat (khusus untuk yang reservasi). Uniknya, ornamen rumahnya masih lengkap dan autentik. Kamu bisa lihat foto-foto keluarga zaman dulu, meja kursi antik, lemari kayu jadul, sampai peralatan makan vintage seperti gelas enamel dan piring seng yang mungkin pernah kamu lihat di rumah simbah.
Yang bikin betah, selain suasananya yang super nostalgia, menu makanan dan minumannya juga ramah di kantong. Harga di bawah Rp20.000 saja, kamu udah bisa nikmatin kopi, teh, atau camilan sambil menikmati suasana yang tenang dan hangat.
Pokoknya kalau kamu lagi pengen ngopi dengan vibe rumahan yang adem dan penuh kenangan, Kopi Hamur Mbah Ndut ini wajib banget masuk itinerary waktu main ke Kayutangan!
6. Ngopi Cantik di Calathea Garden, Pesta Kebun di Tengah Kayutangan
Masih di area Kajoetangan Heritage, tepatnya di dekat pintu keluar kawasan, ada satu kafe cantik yang sayang banget kalau dilewatkan: Calathea Garden. Dari luar mungkin tampak seperti rumah tua biasa, tapi begitu masuk, suasananya langsung bikin adem. Kafe ini memanfaatkan rumah kuno yang diubah menjadi tempat nongkrong estetik, lengkap dengan taman kecil di tengah area kafe.
Salah satu daya tarik Calathea Garden adalah pohon bougenville besar yang tumbuh di tengah taman. Kalau datang di musim kemarau atau awal musim hujan saat bunga sedang mekar, suasananya cantik banget—seperti lagi pesta kebun. Tapi pas saya datang ke sana, lagi-lagi hujan turun. Yap, kunjungan saya ke Calathea kebetulan pas musim hujan dan saat itu hujannya lumayan deras. Jadi, yang saya temui bukan bunga bougenville yang mekar, tapi daun-daun hijau yang lebat. Meski begitu, suasananya justru punya pesona yang berbeda.
Bayangin aja: duduk di kursi kayu dekat pintu, sambil menyeruput es teh, denger suara hujan yang jatuh ke atap seng, aroma tanah basah yang khas, dan obrolan ringan bareng teman di tengah udara dingin Kota Malang. Tenang, syahdu, dan bikin enggan beranjak. Bener-bener suasana yang cuma bisa kamu rasain di Malang.
Untuk menunya, cukup lengkap dan affordable. Ada kopi, teh, latte, lalu camilan seperti aci goreng, tahu walik, kentang goreng, sampai makanan berat seperti ricebowl dan bubur ayam. Harganya juga aman di kantong, minuman mulai dari Rp5.000–Rp15.000, makanan dari Rp10.000–Rp20.000.
Jadi, entah kamu datang pas cuaca cerah atau hujan seperti saya, Calathea Garden tetap punya pesonanya sendiri. Tempat ini cocok banget buat rehat sejenak setelah keliling Kayutangan, apalagi buat kamu yang suka tempat ngopi dengan suasana tenang, adem, dan penuh kenangan.
🌙
Tapi tunggu dulu, cerita belum selesai! Masih ada beberapa rekomendasi tempat maupun kuliner yang mau saya bahas di seri selanjutnya. Jadi, jangan lewatkan ya... Sampai ketemu di tulisan berikutnya!
Comments
Post a Comment