Rindu
Waktu menunjukkan pukul 09.05 WIB, masih
tersisa 45 menit lagi perkuliahan kode etik psikologi dimulai. Aku melangkahkan
kaki menuju koperasi Ma’had putri UIN Maliki Malang, tepatnya dalam bangunan
Khadijah Al Kubro untuk membeli beberapa cemilan pengganjal perut. Sesampainya
di gerbang utama Ma’had putri aku berhenti, bukannya melanjutkan perjalanan
menuju pintu masuk Ma’had setinggi tiga lantai tersebut, langkah kaki ini
justru membawaku untuk melewati bagian samping Ma’had Khadijah yang tak lain
merupakan jalan satu-satunya menuju kantin Ma’had putri. Aku tersenyum, keadaan
kantin Ma’had tidak berubah sedikit pun, masih terasa sama seperti terakhir
kalinya aku menginjakkan kaki disini. Yah, tak terasa sudah dua tahun lamanya
aku meninggalkan Ma’had, meninggalkan beberapa kenangan yang telah aku ukir
selama 1 tahun hidup di penjara suci ini.
Ada empat stand penjual makanan di kantin
ini. Siang ini, langkah kakiku tergerak untuk menuju stand nomer 3 untuk
membeli mie instan rasa kari. Stand ini terkenal dengan mie instannya yang enak,
lengkap dengan irisan cabe rawit dan sayur kubis. Sembari menunggu pesanan
mie-ku datang, aku mengamati sekeliling kantin. Seperti biasa, kantin selalu
ramai oleh hiruk pikuk mahasiswa yang datang silih berganti untuk memuaskan
rasa lapar dan dahaga mereka. Tetapi bagiku, kantin Ma’had bukan hanya sebatas
tempat persinggahan sementara dikala lapar menyerang, tetapi juga menyimpan
berbagai kenangan dan peristiwa yang tertata rapi dalam long term memory-ku.
Sudah menjadi ciri khas kampus kami
bahwa setiap ada mahasiswa baru mereka akan di tempatkan dalam Ma’had selama 1
tahun lamanya. Kamar 36, lantai 2, Ma’had Fatimah Az-zahra menjadi saksi bisu
perjuanganku selama 1 tahun berada di Ma’had. Selain jauh dari orang tua,
berbagi kamar dengan sembilan mahasiswa lainnya dari berbagai daerah dengan
karakter dan watak yang berbeda-beda menjadi tantangan pertamaku di Ma’had. Masih
teringat jelas bagaimana takdir mempertemukanku dengan mereka, Dea dari Tuban,
Iim dari Gresik, Alda dari Bogor, Asma dari Bima, Elma dari Blitar, Santi dari
Kertosono, Gifari dari Nganjuk, Eka dari Jombang, Rahma dari Mojokerto, dan aku
sendiri dari Sidoarjo. Dari mereka aku belajar banyak hal, tentang perbedaan
dan mengesampingkan ego demi tercapainya tujuan bersama.
Seporsi mie kuah rasa kari ayam special sudah terhidang di mejaku. Tak
butuh waktu lama kuah mie tersebut berhasil membasahi kerongkonganku. Ah
enaknyaa.. harus aku akui bahwa mie kuah ini benar-benar lezatnya tiada tara.
Aku tidak tahu, apakah karena memang aku lapar atau karena suasana kantin yang
membawaku untuk mengingat kembali masa-masa ketika kami tinggal di Ma’had. Perpaduan
akan rasa, aroma, kerinduan, dan kenangan bersahut-sahutan memenuhi isi
kepalaku.
Memikirkan mereka membuatku semakin
rindu, sudah lama sekali kami tidak berkumpul bersama, terakhir kali kami
kumpul bersama saat buka bersama ramadhan tahun lalu. Kesibukan dan jarak
tempat tinggal kami sekarang benar-benar memberikan dampak yang signifikan bagi
intensitas pertemuan kami. Dulu kami tidak pernah merencanakan dengan matang
untuk sekedar makan atau jalan bareng, tapi sekarang kami harus merencanakan
dari jauh-jauh hari. Itu pun rencana yang kami susun matang-matang hampir tidak
pernah terlaksana dengan baik. Terakhir kali kami merencanakan untuk reuni
kamar di Malang Night Paradise, namun rencana tersebut hanyalah sekedar wacana
karena hingga kini, salah satu dari kami tidak ada yang melakukan inisiatif untuk
merealisasikan rencana tersebut.
Suasana kantin perlahan-lahan mulai
sepi, satu per satu mahasiswa mulai meninggalkan kantin dan kembali melakukan
aktivitasnya masing-masing. Namun aku tidak mau terburu-buru meninggalkan
kantin, mie kuahku masih tersisa separuh dan kenangan akan kantin ini masih
belum usai. Selain mereka bersembilan yang membuatku rindu, setiap seluk beluk
Ma’had entah bangunannya, kegiatannya, kantinnya, musyrifahnya, dan sebagainya berlomba-lomba
ingin menjadi yang paling dikenang. Banyak sekali yang ingin aku ceritakan pada
kalian, kepada para pembaca dan para Srikandi 36 utamanya bahwa aku rindu
kebersamaan kita. Aku rindu kita yang makan bareng, jalan ke Malang Tempoe
Doeloe malem-malem, makan ke nelongso jalan kaki, tidur bareng di lantai,
sholat tarawih di Masjid At-tarbiyah, sahur bareng, buka puasa bareng, dan
banyak lagi.
Waktu menunjukkan pukul 09.45 WIB. Lima
menit lagi perkuliahan dimulai, segeralah aku menyudahi sesi makan dan me-recall kenanganku. Kepada kalian, rindu
ini kusampaikan. Terima kasih sudah menjadi bagian dari masa-masa senang maupun
sedihku, karena kalian kehidupan kampusku menjadi lebih berwarna.
Malang, 05 Februari 2018
Malang, 05 Februari 2018
Comments
Post a Comment