Modifikasi Ingatan Dalam Novel "Hujan" dan Drama Korea "Circle: Two Worlds Connected"

Untuk mengisi waktu libur biasanya saya memanfaatkan untuk membaca novel sekaligus menonton drama korea. Nah salah satu novel yang saya baca dan drama korea yang saya tonton dalam liburan kali ini adalah novel “Hujan” karya penulis kondang Tere Liye. Sedangkan untuk drama korea, saya memilih “Circle: Two Worlds Connected”. Sebenarnya sudah lama saya download drama Circle ini, dan hampir beberapa bulan tergeletak percuma di harddisk saya. Selain kesibukan kuliah, minat saya untuk menonton drama Circle ini tergantikan dengan keberadaan drama-drama yang lain dan yang lebih hits aktor-aktrisnya. Akhirnya, setelah stok drama saya menipis iseng-iseng saya tonton drama Circle ini.

Karena saya takut suasana horor, awal episode saya dibuat deg-degan dengan kemunculan alien serta setting waktunya pada malam hari sehingga memunculkan kesan horor. Namun saya tetap bertahan hingga episode 1 berakhir. Sempat dibuat bingung pada awal-awal episode, namun pada pertengahan episode saya mulai bisa memahami dan menangkap bagaimana jalan cerita dari drama ini. Drama bergenre science-fiction ini menampilkan dua zaman yang berbeda, yakni pada tahun 2017 (saat ini) dan tahun 2034 (masa depan) dengan dua jalan cerita yang berbeda namun berhubungan. Intinya drama ini keren banget dan benar-benar bikin ‘nagih’ untuk nonton lagi dan lagi. Apalagi genre yang ditampilkan adalah science-fiction yang benar-benar real ‘science-fiction’, penggunaan teknologi masa depan yang ditampilkan memberikan kesan nyata akan suasana Korea Selatan di tahun 2034 serta tidak adanya adegan kissing dari pemainnya benar-benar membuktikan bahwa drama ini benar-benar drama science-fiction yang berkualitas.

Menurut saya, ada beberapa argumen yang benar-benar mendukung bahwa novel “Hujan” dan drama korea “Circle: Two Worlds Connected” ini memiliki hubungan satu sama lain. Selesai saya menamatkan novel “Hujan”, beberapa hari kemudian saya menonton drama Circle ini. Sehingga ingatan saya akan jalan cerita didalam novel hujan ini bergitu jelas. Sama-sama menceritakan mengenai masa depan serta memiliki alur yang maju mundur, novel hujan dan drama korea Circle memiliki jalan cerita utama yang sama, yakni menghapus kenangan menyakitkan untuk mencegah terjadinya gangguan kejiwaan pada manusia dan menjadikan kehidupan manusia lebih bahagia.


Pertama-tama saya akan mengulas terlebih dahulu menghapus ingatan versi novel hujan. Proses penghapusan ingatan pada cerita ini dengan menggunakan media peta saraf otak klien. Pemetaan saraf otak dilakukan dengan menggunakan sebuah alat pemindai yang ditaruh diatas kepala klien, semacam bando yang terbuat dari logam. Prosedurnya, klien menceritakan kisahnya kepada seorang fasilitator. Cerita yang disampaikan oleh klien ini harus detail. Bahkan, klien pun diperbolehkan untuk meluapkan emosinya seperti marah, menangis, bahkan tertawa. Semua itu akan terpetakan dengan sendirinya oleh alat pemindai. Alat pemindai akan membantu menentukan bagian mana saja yang menyimpan memori di kepala, kemudian merekonstruksi peta digital empat dimensi. Selain itu, alat pemindai ini akan mencatat reaksi saraf otak ketika klien mulai bercerita. Sebuah benang berwarna akan muncul dalam peta saraf sebagai hasil dari pemindaian. Setiap benang mewakili nama, tempat, dan kejadian. Setiap warna menunjukkan jenis kenangan itu, memori yang menyenangkan, menyakitkan, ataupun netral. Benang-benang ini salung berpilin satu sama lain yang terhubung dengan layar tablet, sehingga memudahkan fasilitator untuk mengetahui jenis memori klien apakah menyenangkan ataupun menyakitkan.

Dalam novel ini diceritakan bahwa dunia telah berhasil memetakan seluruh saraf manusia hingga level yang paling detail. Peta saraf ini menjadi momentum yang sangat menakjubkan dalam kemajuan pengobatan medis penyakit yang berhubungan dengan saraf, mengubah semuanya, mulai dari diagnosis, terapi, hingga pasca penyembuhan. Seperti yang kita ketahui selama ini, bahwa masalah terbesar manusia selain penyakit fisik seperti kanker, diabetes, kecelakaan, vertigo, dan sebagainya adalah penyakit yang berhubungan dengan mental. Selama ini, masyarakat banyak yang menganggap remeh masalah kesehatan mental ini. Padahal definisi sehat sejatinya bukan hanya soal sehat fisik saja namun sehat mental juga menjadi hal yang utama.

Depresi merupakan problematika kejiwaan yang paling banyak menyerang manusia. Jika penyakit fisik pada umumnya membutuhkan perawatan yang pendek (operasi - proses penyembuhan - minum obat & kontrol ke dokter teratur - selesai), sedangkan depresi membutuhkan proses penyembuhan yang lama dan berlangsung selama bertahun-tahun itupun besar kemungkinannya untuk kambuh lagi. Bayangkan saja, berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakit depresi ini. Ditambah lagi manusia yang terkena depresi akan mengalami penurunan produktivitas dan perekonomian bagi penderita, semakin sengsaralah penderita depresi ini. Maka dari itu, masyarakat kita cenderung acuh akan penderita depresi dan dengan mudahnya untuk melakukan pemasungan. Padahal, pemasungan bukanlah salah satunya jalan keluar untuk menyembuhkan pasien depresi malah akan memperparah kondisi psikologis pasien.

Berdasarkan sudut pandang depresi, memori manusia bisa disederhanakan menjadi tiga bagian. Yakni ada memori menyenangkan, memori netral, dan memori yang menyakitkan. Sekali bisa memetakan memori tersebut, maka tidak akan sulit untuk menghapus ingatan yang menyakitkan. Depresi, kehilangan, kegagalan, dan sebagainya merupakan memori menyakitkan yang sering menghantui manusia. Jika memori menyakitkan itu bisa dihapus, maka sumber depresi akan mudah untuk dihilangkan.

Diceritakan dalam novel hujan bahwa melalui kemajuan teknologi di bidang medis membuat hal tersebut menjadi semakin nyata. Modifikasi ingatan menjadi salah satu bentuk terapi yang sangat menjanjikan. Melalui terapi modifikasi ingatan, tidak diperlukan lagi obat-obatan, pendekatan psikologis, dan sebagainya. Cukup dengan memetakan saraf pasien, lantas menekan tombol hapus, memori menyakitkan tersebut sudah lenyap dalam ingatan pasien. Pasien depresi akan kembali hidup senormal-normalnya, bahkan ia lupa pernah mengalami kesedihan dan kenangan menyakitkan yang begitu dalam. Selain digunakan bagi pasien depresi, modifikasi ingatan juga bisa digunakan oleh siapa saja yang tidak mau mengingat sesuatu. Modifikasi ingatan bisa memperbaiki kualitas hidup seseorang!  


Selanjutnya, saya akan mengulas jalan cerita dari drama Circle. Drama ini diawali dengan penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan neurosains di Rumah Sakit Jiwa Eunsang. Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji memori dan ingatan manusia. Seperti yang kita tahu, neurosains adalah ilmu yang mempelajari sistem saraf makhluk hidup khususnya tentang otak manusia. Otak merupakan organ manusia yang berperan penting untuk mengatur kesadaran manusia, didalam otak terdapat 100 miliar lebih sel saraf yang mempengaruhi berbagai aspek dalam pengambilan keputusan, gerak tubuh, memori, persepsi, dan sebagainya. Memori dan emosi merupakan dua hal yang sangat berkaitan. Sebuah peristiwa emosional akan mudah untuk diingat dan memiliki kapasitas penyimpanan yang lebih lama dalam ingatan manusia jika peristiwa tersebut terdapat emosi didalamnya.

Peristiwa emosional tidak hanya mencakup peristiwa yang bahagia saja, namun juga menyangkutkan peristiwa yang bisa menyebabkan kenangan buruk bagi individu. Kenangan buruk yang terjadi menyebabkan munculnya emosi negatif, emosi negatif inilah yang menyebabkan manusia rentan terkena berbagai penyakit mental dan memunculkan perasaan tidak bahagia. Pengalaman atau kenangan yang menyakitkan ini menyebabkan munculnya perasaan traumatis dalam diri manusia. Dampak dari munculnya perasaan traumatis ini bisa mengaktivasi munculnya beberapa gangguan kejiwaan seperti depresi, anxiety disorder, phobia, bahkan post traumatic stress disorder (PTSD). Namun, dalam drama ini kajian penelitian menfokuskan pada penderita PTSD yang selalu dihantui kenangan buruk atas kejadian traumatis yang terjadi. Salah satu metode untuk mengatasi masalah PTSD ini adalah melupakan kejadian traumatis yang dialami.

Karena drama ini menceritakan tentang masa depan, yakni tahun 2037. Jadi diceritakan bahwa kemajuan sains dan teknologi membuat ilmuwan menemukan sebuah cara untuk mengontrol emosi manusia, sama dengan apa yang diceritakan dalam novel hujan. Jika dalam novel hujan modifikasi ingatan dilakukan dengan menggunakan alat pemindai yang memetakan saraf otak. Maka dalam drama Circle ini emosi manusia dikontrol dengan cara memasukkan sebuah chip yang telah didesain khusus untuk mengontrol emosi dan memanipulasi memori manusia ke dalam otak. Dengan adanya chip itu, manusia tidak akan bisa mengeluarkan emosi negatif seperti marah, kesal, dan sebagainya. Karena jika manusia mengeluarkan emosi negatifnya, maka chip akan bekerja dengan sendirinya untuk meredam emosi negatif tersebut. Mekanisme kerja chip tersebut juga mampu mengunci bahkan memblokir ingatan buruk manusia, sehingga manusia akan hidup dengan damai dan penuh dengan kebahagiaan.

Saking damainya kehidupan manusia, sehingga mampu menciptakan smart city dengan slogannya “kota 100% bebas kejahatan”. Memang tidak ada satu kejahatan pun yang terjadi disana. Tidak ada pembunuhan, pencurian, pembullyan, dan penderitaan yang disebabkan oleh emosi negatif manusia seperti kecemasan, ketakutan, kemarahan, dan kebencian. Keadaan demikian secara langsung dapat mengurangi frekuensi manusia yang terkena gangguan jiwa.   

Demikianlah argumen saya tentang adanya beberapa kesamaan alur cerita dalam novel “Hujan” dan drama korea “Circle: Two Worlds Connected”. Jika dalam novel hujan tidak dijelaskan dampak yang terjadi saat kenangan buruk dihapuskan, dalam drama Circle kita bisa menemukan dampak tersebut. Saya sarankan kepada rekan-rekan pembaca untuk membaca novelnya terlebih dahulu kemudian dilanjutkan menonton dramanya. Sehingga, teman-teman bisa menyaksikan bagaimana kerennya jalan cerita yang disajikan dalam novel dan drama ini. Selamat membaca dan menonton :)

Ada quotes menarik nih yang saya temukan dalam novel hujan---




Sidoarjo, 13 Januari 2018


Comments