Penerapan Muatan Lokal Sebagai Upaya Pelestarian Budaya Bangsa

Apa yang ada dipikiran anda tentang Indonesia? Salah satu Negara di Asia Tenggara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa dan diapit oleh benua Asia dan Australia dan samudra hindia dan pasifik, Negara kepulauan terbesar didunia, dan Negara yang memiliki sekitar 300 kelompok etnis yang telah berkembang selama berabad-abad yang lalu. Iya bukan? Selain itu, di Indonesia terdapat berbagai macam kebudayaan yang bermukim disana. Sebut saja kebudayaan melayu yang merupakan kebudayaan asli Indonesia, kebudayaan India, Arab, Tiongkok, dan Eropa. Maka sudah sepantasnya hal ini menjadikan Indonesia sebagai Negara multikultural yang didalamnya bernaung berbagai keanekaragaman multikultural, seperti adat istiadat, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) yang menjadi identitas bangsa Indonesia sekaligus merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia.

Dewasa ini, arus globalisasi yang menyerang beberapa Negara berkembang sudah tidak terelakkan lagi. Hal ini didukung pula oleh derasnya arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang menawarkan kemudahan dalam berbagai lini kehidupan manusia. Jika pada jaman dahulu, masyarakat yang akan mengirimkan pesan harus melalui sejumlah mekanisme yang telah dipersyaratkan oleh kantor pos. Tapi sekarang, dengan menggunakan benda yang sebesar telapak tangan,  masyarakat bisa dengan mudahnya mengirimkan pesan hanya selang beberapa detik. Selain itu, ada yang lebih menakjubkan dari hanya sekedar bertukar pesan, masyarakat bisa mendengar suara seseorang dari jarak jauh sekalipun serta bisa bertatap muka langsung hanya melalui perantara layar. Yah, inilah salah satu nikmat adanya perkembangan IPTEK yang telah dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia pada saat ini, tak terkecuali oleh para remaja dan anak-anak sekalipun.

Fenomena diatas merupakan sebagian kecil dari adanya pengaruh globalisasi dalam perkembangan IPTEK di Indonesia. Perkembangan IPTEK ini tanpa disadari telah membawa dampak bagi masuknya budaya barat ke Indonesia, yang secara perlahan telah mengubah pandangan para generasi muda terhadap budaya barat. Lihat saja fenomena para remaja selebgram yang sedang booming saat ini, sebut saja Awkarin, Anya Geraldine, Gaga Muhammad, dan lain-lain yang telah menjadi role model para generasi muda sekarang. Padahal jika kita lihat pada akun instagramnya, para selebram ini banyak menampilkan kehidupan yang hedonis khas kebarat-baratan lengkap dengan gaya pacaran, clubbing, fashion, rokok, dan minuman keras yang tak luput dari setiap postingannya. Parahnya, para pengikut instagram mereka ini didominasi oleh para remaja dari SMP hingga SMA.

Rendahnya pengetahuan menjadi penyebab utama adanya akulturasi budaya ini, sehingga terjadilah ketidaksesuaian antara budaya barat yang masuk dengan nilai-nilai luhur yang telah mendarah daging dalam kebudayaan asli Indonesia. Masuknya kebudayaan barat tanpa adanya proses penyeleksian yang ketat oleh masyarakat dan diterima secara apa adanya, mengakibatkan terjadinya degradasi yang luar biasa terhadap kebudayaan asli Indonesia. Budaya asli Indonesia yang telah menjadi identitas bangsa ini secara perlahan mulai luntur dalam diri generasi muda saat ini. Berbagai kebudayaan barat menghantarkan para generasi muda untuk mencoba kehidupan modern dan meninggalkan segala hal tradisional yang telah dianggap kuno.

Berdasarkan uraian diatas, sudah sepantasnya kita sebagai warga Negara Indonesia untuk selalu melestarikan dan mengembangkan keanekaragaman budaya yang sudah menjadi identitas kebangaan bangsa dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan melalui pendidikan. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada para siswa memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungannya. Hal ini juga sebagai unsur penunjang peningkatan kualitas sumbar daya manusia terhadap eksistensi keanekaragaman yang ada di Indonesia.

Sejauh ini kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya dinas pendidikan berkaitan dengan ini ialah dengan dimasukkannya program muatan lokal dalam kurikulum sekolah. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.

Jenis muatan lokal yang telah dicanangkan oleh pemerintah diantaranya berupa bahasa daerah, bahasa inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku kepada peserta didik supaya mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.

Penerapan muatan lokal dalam kurikulum sekolah dinilai efektif dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah. Contoh sederhananya, dengan adanya pelajaran bahasa jawa dalam kurikulum sekolah, para siswa diwajibkan untuk bisa menulis, membaca, serta memahami aksara jawa. Bahkan, ada guru tertentu yang mewajibkan siswanya untuk menghafalkan elemen-elemen aksara jawa tersebut dengan harapan siswa sebagai generasi muda bisa melestarikan aksara jawa. Mengingat, jumlah generasi muda yang bisa menulis dan membaca dengan menggunakan aksara jawa sangatlah memprihatinkan.

Dampak lainnya yang bisa dirasakan oleh para siswa dengan adanya muatan local ini adalah adanya kesenian seperti lagu-lagu, tarian-tarian, membuat kerajinan, membuat batik serta memainkan alat musik khas daerah masing-masing memberikan angin segar bagi para siswa. Pelajaran muatan local memberikan nuansa baru dalam belajar, tidak adanya PR, dan sebagai agen penyalur kreativitas siswa. Sehingga siswa tidak jenuh dan bosan terhadap pelajaran pokok yang telah dibebankan  kepadanya.

Maka sudah sepantasnya pemerintah sebagai penentu kebijakan yang ada di Indonesia berperan aktif dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah. Penerapan muatan local dinilai sesuai dengan kemampuan siswa dan kompetensi yang diharapkan sangat menjanjikan. Sehingga, meskipun adanya arus globalisasi ini tidak membuat kebudayaan Indonesia menjadi luntur. Justru ini adalah moment yang bagus untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia di kancah internasional dengan tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai sosial yang bersemayam di benak masyarakat Indonesia.

*Essay ini ditulis dalam rangka mengikuti lomba. Essay selesai ditulis pada tanggal 6 Januari 2018

Comments