Membaca Dunia dengan Cara Berbeda - Bagian 3: Memahami Peran Otak dalam Penderita Disleksia

 

Apa itu disleksia sebenarnya? Masih banyak orang yang keliru menganggap disleksia sebagai gangguan belajar atau keterbatasan kecerdasan. Padahal, disleksia bukan gangguan, melainkan perbedaan cara kerja otak dalam memproses informasi, khususnya bahasa tertulis. Disleksia tidak berkaitan dengan rendahnya kemampuan berpikir atau kurangnya motivasi membaca. Dalam seri Membaca Dunia dengan Cara Berbeda – Bagian 3, kita akan menggali lebih dalam bagaimana cara kerja otak penderita disleksia, serta mengapa pendekatan neurologis penting untuk memahami kondisi ini secara lebih tepat. Dengan sudut pandang ilmiah dan empatik, mari kita ubah stigma menjadi pemahaman yang lebih inklusif terhadap mereka yang membaca dunia dengan cara berbeda.

Kenali Cara Kerja Otak Saat Membaca: Pentingnya Memahami Disleksia Sejak Dini

Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana otak bekerja saat kita membaca? Otak manusia memiliki dua sisi yang saling melengkapi: otak kanan dan kiri. Otak dibagi menjadi dua sisi yaitu otak depan yang disebut anterior, dan otak belakang yang disebut posterior. Setiap sisi terbagi dalam empat bagian utama atau lobus -- frontal (depan), parietal, temporal, dan occipital (belakang).  Area otak kiri diketahui sangat penting dalam kemampuan berbahasa dan membaca.

Selama 20 tahun terakhir, penelitian tentang cara kerja otak saat membaca telah membantu kita lebih memahami apa itu disleksia. Pada pembaca yang tidak mengalami disleksia, proses membaca melibatkan jaringan otak di bagian depan dan belakang otak kiri. Jaringan ini bekerja untuk mengenali huruf, mengubahnya menjadi suara, lalu memahami maknanya secara otomatis dan lancar. 

Jalur Membaca di Otak

Ada dua jalur utama dalam sistem membaca pada otak:

  1. Jalur atas (area parietal - temporal / PT) - Terletak di atas dan belakang telinga
  2. Jalur bawah (area occipital - temporal / OT) - Berada di bagian bawah belakang otak,

Wilayah OT berfungsi sebagai "pusat kendali", tempat otak menggabungkan informasi visual (huruf), suara (fonologi), dan makna kata (sematik) untuk membantu kita membaca secara otomatis. Saat proses ini berjalan lancar, membaca menjadi cepat dan tanda usaha sadar.

Mengapa Anak Bisa Membaca Otomatis?

Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana anak bisa membaca kata dengan cepat tanpa harus mengejanya satu per satu? Kemampuan ini disebut membaca otomatis -- kemampuan membaca dengan akurat, cepat, dan memahami isi bacaan tanpa berpikir keras. Ini adalah hasil kerja luar biasa otak, khususnya di otak bagian kiri, tepatnya di area yang disebut occipital - temporal (OT). 

Penelitian pencitraan otak menunjukkan bahwa area OT di otak kiri sangat penting dalam proses membaca yang lancar. Wilayah ini bukan hanya menyimpan informasi, tetapi juga menjadi tempat penggabungan tiga komponen penting dalam membaca:

  1. Fonologi: suara dari huruf atau kata
  2. Ortografi: bentuk visual dari huruf dan kata
  3. Semantik: makna kata

Ketika anak membaca sebuah kata beberapa kali dengan benar, otaknya mulai menghubungkan sura, bentuk huruf, dan arti kata secara otomatis. Seiring waktu, kata itu bisa dikenali dan dibaca hanya dengan melihatnya, tanpa perlu mengejanya atau mengingat kembali satu per satu. Ini sebabnya latihan membaca sangat penting, semakin sering anak membaca, semakin kuat jalur membaca terbentuk di otak.

Pentingnya Memahami Cara Otak Membaca dalam Pengajaran

Memahami proses neurologis di balik membaca otomatis sangat penting bagi guru dan orang tua, terutama saat mendampingi anak yang mengalami kesulitan membaca. Sayangnya, metode pengajaran membaca di sekolah masih sering berfokus hanya pada aspek fonologi (membunyikan kata), dan mengabaikan elemen penting lain seperti makna dan visual.

Dengan pemahaman baru ini, pendekatan mengajar sebaiknya disesuaikan. Berikut adalah beberapa cara yang efektif:

  1. Berikan paparan kata dalam konteks sejak dini - Anak lebih mudah memahami kata ketika digunakan dalam kalimat nyata.
  2. Ajak anak membaca sesering mungkin - Semakin sering membaca, semakin kuat koneksi otak mereka.
  3. Fokus pada pengayaan kosakata - Makna kata bukan pelengkap, melainkan bagian inti dari keterampilan membaca yang utuh.

Apa yang Terjadi di Otak Anak Disleksia?

Penelitian pencitraan otak menunjukkan bahwa pada anak dengan disleksia, bagian belakang otak kiri (yang biasanya aktif saat membaca) justru kurang aktif. Sebaliknya, area depan otak bekerja lebih keras untuk mengimbangi kekurangan tersebut. Ketika sistem posterior di otak kiri tidak berfungsi secara optimal, anak dengan disleksia kesulitan mengenali kata secara cepat dan otomatis. Sebagai kompensasi, otak mereka membentuk jalur alternatif, yaitu menggunakan bagian otak kanan (baik depan maupun belakang) serta bagian depan otak kiri. Jalur ini memang memungkinkan mereka untuk tetap bisa membaca dengan benar, namun prosesnya menjadi jauh lebih lambat dan melelahkan karena mengandalkan sistem kerja manual, bukan otomatis seperti pada pembaca tanpa disleksia.

Cara Mengajar Anak Disleksia yang Efektif

Anak disleksia tidak bisa hanya "menyerap" kemampuan membaca dari lingkungan sekitar. Mereka perlu pendekatan yang lebih terstruktur dan intensif. Berikut ini adalah strategi yang terbukti membantu:

  1. Gunakan program membaca berbasis fonik secara bertahap - Ajarkan suara dan huruf dengan urutan yang terencana
  2. Lakukan latihan menulis fonik secara pararel - Ini memperkuat koneksi otak antara membaca dan menulis.
  3. Tentukan tujuan belajar yang jelas dan bisa diukur - Agar guru dan orang tua bisa memantau kemajuan anak.
  4. Evaluasi dan sesuaikan strategi jika belum berhasil - Tidak semua metode cocok untuk semua anak, fleksibilitas itu penting.

Yang paling penting untuk diketahui orang tua adalah,

Anak Anda bisa belajar membaca

Hanya saja, mereka membutuhkan waktu dan metode yang berbeda. Otak mereka memang memproses bahasa dengan cara yang unik, tapi bukan berarti mereka tidak mampu. Dengan dukungan yang tepat, pendekatan yang sesuai, dan keyakinan dari orang-orang di sekitarnya, anak dengan disleksia bisa membaca dengan lancar dan percaya diri.

🌙

Memahami bagaimana otak bekerja saat membaca memberi sudut pandang baru tentang disleksia --- bahwa ini bukan soal kurangnya kemampuan, tetapi perbedaan cara otak memproses informasi. Namun, agar anak dengan disleksia mendapatkan dukungan yang tepat, langkah penting berikutnya adalah mengenali dan mendiagnosis disleksia secara dini dengan akurat. Di bagian selanjutnya dari seri Membaca Dunia dengan Cara Berbeda, kita akan membahas bagaimana proses diagnosis disleksia dilakukan, apa saja tanda-tandanya, dan kapan orang tua sebaiknya mulai waspada. Sampai jumpa di seri selanjutnya!

📖

Referensi: Shaywitz, S., & Shaywitz, J. (2020). Overcoming dyslexia (2nd ed., completely revised and updated). Knopf Doubleday Publishing Group.

Baca Seri lainnya:

Comments