THE ARCHITECTURE OF LOVE: BERDAMAI DENGAN LUKA
"Mencintai itu menyenangkan. Jika berbalas tentu akan lebih menyenangkan. Tapi berani mencintai saja sudah begitu membebaskan." - Diaz
➹♡
Siapa sih yang tidak ingin jatuh cinta?
Memiliki seseorang yang membuat kita merasa happy dan bersemangat, partner ngobrol dan melakukan sesuatu yang se-frekuensi, dan menjadi 'rumah' saat kita merasa lelah dengan segala hiruk-pikuk dunia.
Saya rasa semua orang ingin mencintai dan dicintai.
Akan tetapi, tidak semua orang siap menerima adanya patah hati. Padahal dalam kehidupan dua hal ini tidak dapat terpisahkan, cinta adalah anugerah dan patah hati adalah musibah.
Apabila teman-teman saat ini sedang mengalami life after break up dan sedang berusaha untuk bangkit, saya sarankan untuk menonton film "The Architecture of Love". Film ini merupakan adaptasi dari novel "The Architecture of Love" karya Ika Natassa.
The Architecture of Love bercerita mengenai sebuah perjalanan emosional dari dua orang yang terluka karena cinta dan berusaha untuk berdamai dengan luka. Film ini tidak hanya bercerita tentang kisah romantis yang cringe, akan tetapi menceritakan kisah cinta dalam perspektif orang dewasa. Dimana kedua tokohnya berusaha untuk pulih dari trauma masa lalu serta berusaha kembali menemukan gairah hidup setelah mengalami patah hati.
“Hati manusia bisa menampung begitu banyak cinta. Tanpa melupakan cinta yang pernah ada.” - Ibu River
Overview
Film ini mengisahkan tentang Raia Risjad (Putri Marino). Raia merupakan seorang penulis yang sedang mengalami krisis dalam hidupnya. Karir menulisnya mandek, dan dia baru saja mengalami perpisahan yang menyakitkan. Untuk melarikan diri dari rasa frustasinya, Raia memutuskan untuk pergi ke New York untuk menemukan kembali inspirasi dalam menulis di kota yang penuh dengan energi.
Di kota inilah Raia bertemu dengan River Jusuf (Nicholas Saputra). River merupakan seorang arsitek tampan yang memiliki masalah emosionalnya sendiri. Sama seperti Raia, Rier juga sedang terjebak dalam rasa sakit masa lalu yang sulit dia lepaskan. River dan Raia, meski tampak berbeda, mereka memiliki satu kesamaan yang sama, yakni sama-sama terluka dan berusaha untuk bangkit kembali.
Di tengah latar kota New York yang dinamis, Raia dan River perlahan saling mendekat dan saling membantu untuk menemukan kembali harapan, serta mengajarkan bahwa setiap luka bisa disembuhkan --- jika kita berani untuk memulainya.
Highlight - Berdamai Dengan Luka
"The Architecture of Love" menghadirkan tema sentral tentang berdamai dengan luka. Film ini mengajarkan bahwa setiap orang pasti mengalami rasa sakit di beberapa titik dalam hidupnya, entah kehilangan orang yang dicintai, kegagalan dalam hubungan, atau masalah pribadi lainnya. Melalui sosok Raia dan River, kita perlu belajar bahwa tidak apa-apa untuk merasa terluka, akan tetapi penting untuk tidak berlama-lama terjebak dalam kesedihan tersebut.
Salah satu kutipan paling kuat dari film ini adalah ketika Raia mengatakan, "Terkadang, kita harus melepas sesuatu, bukan karena kita ingin, akan tetapi karena kita tahu itu yang terbaik untuk kita." Ini adalah momen dimana Raia menyadari bahwa ia harus melepaskan masa lalunya agar bisa maju dan menemukan kebahagiaan lagi. Perjalanan emosionalnya mengajarkan kita bahwa luka adalah bagian dari kehidupan, tetapi hal itu bukan akhir dari segalanya.
Highlight - Bangkit dan Membangun Kembali: Menemukan Cinta dalam Duka
Konteks kata "Architecture" dalam judul film "The Architecture of Love" bukan hanya sekedar "Architecture" pada struktur fisik dari bangunan, akan tetapi ini merupakan metafora untuk cara membangun kembali kehidupan setelah kehilangan. River Jusuf harus menghadapi kenyataan pahit bahwa istri yang sangat ia cintai telah meninggalkannya untuk selamanya. Seperti halnya sebuah gedung yang runtuh karena bencana, kehidupan River hancur seketika. Ia merasa kosong, terputus dari segala hal yang berarti baginya. Cinta, yang sebelumnya menjadi fondasi hidupnya, kini terasa seperti puing-puing yang berserakan.
Salah satu kekuatan terbesar dari "The Architecture of Love" adalah mengajarkan bahwa dalam setiap duka yang kita alami, selalu ada kesempatan untuk bangkit, untuk merancang kehidupan baru, dan untuk menemukan kembali cinta dalam bentuk yang berbeda. Kehilangan tidak harus membuat kita terpuruk selamanya, sebaliknya itu bisa menjadi titik awal untuk membangun kembali kehidupan kita menjadi lebih kuat dan lebih bermakna.
Seperti halnya seorang arsitek yang merancang sebuah bangunan dengan hati-hati, kita pun bisa merancang kehidupan kita setelah kehilangan, membangun kembali fondasi cinta dan harapan yang lebih kuat meskipun dibalut dengan kenangan dan luka.
Highlight - Menerima Cinta yang Baru
Pesan selanjutnya yang ingin disampaikan film "The Architecture of Love" adalah menerima cinta yang baru. Setelah kejadian traumatis di masa lalu, Raia dan River merasa takut untuk mencintai lagi karena takut terluka kembali. Mereka merasa nyaman berada dalam 'benteng' yang mereka bangun untuk melindungi diri mereka dari rasa sakit yang lebih besar. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, mereka menyadari bahwa cinta yang baru bisa memberikan kesempatan untuk sembuh dari rasa traumatis dan mampu memberikan kebahagiaan yang mereka pikir sudah hilang.
Dalam sebuah dialog yang menyentuh hati, River mengatakan pada Raia, "Mungkin kita terluka bukan untuk menutup diri, tetapi untuk belajar bahwa cinta itu bisa datang kapan saja, bahkan di saat kita paling tidak siap." Kutipan ini sangat mewakili perjalanan emosional mereka berdua yang pada akhirnya berani membuka hati lagi, meski dengan segala ketidakpastian yang menyertainya.
Wrap-up ➷
"The Architecture of Love" bukan hanya film tentang romansa, akan tetapi juga tentang proses menemukan diri sendiri dan belajar untuk mencintai lagi setelah terluka. Dengan cerita yang menyentuh, akting yang kuat, dan visual yang memikat, film ini berhasil menyampaikan pesan bahwa meskipun kita pernah terluka, kita tetap bisa sembuh dan menemukan cinta yang baru.
Film ini sangat cocok bagi siapa saja yang sedang mencari inspirasi, terutama bagi mereka yang merasa kehilangan atau sedang berjuang untuk menemukan kembali kebahagiaan. Seperti yang dikatakan Raia di akhir film, "Cerita itu seperti arsitektur -- membangun kembali hati yang hancur membutuhkan waktu, tapi hasilnya akan indah jika kita bersedia mencoba lagi."
Jadi, siapkah kamu untuk membuka hati dan menyembuhkan luka?
Comments
Post a Comment