7 LIFE LESSONS K-DRAMA DAILY DOSE OF SUNSHINE
K-Drama 'Daily Dose Of Sunshine' dinobatkan sebagai drama terbaik pada Blue Dragon Series Award ketiga pada 19 Juli 2024 lalu. Saya rasa, drama ini sangat layak mendapat apresiasi setinggi-tingginya.
Baca juga 11 Jenis Gangguan Kejiwaan Dalam K-Drama Daily Dose Of Sunshine
Bagi saya pribadi, K-Drama ini tidak hanya sekedar memberikan hiburan semata. Akan tetapi memberikan edukasi terkait pentingnya menjaga kesehatan mental, cara merawat dan membersamai orang terdekat yang mengalami gangguan mental, serta banyak pembelajaran berharga lainnya.
Berikut 7 pelajaran berharga yang saya pelajari dari Daily Dose of Sunshine:
1. Gangguan mental bisa terjadi pada siapa saja
Pasien Oh Ri-Na secara kasat mata terlihat baik-baik saja, maka tidak heran orang lain mempertanyakan dimana letak 'sakit' pasien tersebut. Ia berwajah cantik, pintar, berasal dari keluarga terpandang, selalu menjadi ketua kelas di sekolah, berkuliah di universitas bergengsi, seorang penari balet, dan suaminya seorang hakim.
Sungguh kehidupan yang sangat sempurna dan idaman semua perempuan bukan?
Namun yang terjadi adalah ia didiagnosa mengalami gangguan bipolar yang serius. Dimana ketika fase manik datang, ia akan menari dengan menanggalkan semua pakaiannya dimanapun keberadaannya. Kondisi ini diperparah dengan adanya sikap delusi dan obsesi yang berujung terjadinya perilaku kriminal. Sehingga keluarganya memutuskan untuk memasukkannya di poli kejiwaan.
Pesan yang disampaikan pada episode ini adalah gangguan mental bisa terjadi pada siapa saja. Baik orang terpandang, pintar, berkuasa, religius, good looking dan good rekening, semuanya bisa mengalami gangguan mental. Selain itu, gangguan mental bisa menyerang semua kalangan, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia serta tidak dapat dipredikasi kapan terjadinya.
"Kita semua manusia yang ada di garis batas antara normal dan tidak normal"
– Jung Da Eun –
2. Bahagia itu sederhana, kamu bebas melakukan apa yang kamu inginkan
Sebagai orang tua, pastilah sangat ingin memberikan segala hal yang terbaik bagi anak. Mulai dari asupan makanan, pendidikan, kursus-kursus, lingkungan pertemanan, hingga pasangan hidup yang terbaik. Akan tetapi, segala hal yang terbaik dalam sudut pandang orang tua belum tentu menjadi hal terbaik pula dalam sudut pandang anak.
Belajar dari kasus Oh Ri-Na yang sedari kecil hidupnya selalu disetir oleh sang ibu, ia memang tumbuh menjadi wanita sempurna sesuai dengan yang diharapkan. Akan tetapi, ia tidak bahagia dan bahkan pola asuh ibunya-lah yang menyebabkan ia mengalami gangguan bipolar.
"Berapa kali kukatakan aku tidak suka anggur? Kenapa ibu melakukan ini? Kenapa ibu membuatku sesak? Aku sudah kehilangan diriku. Bukan. Aku tak pernah jadi diriku. Siapa aku? Seumur hidup, aku melakukan semua yang ibu minta. Aku bertahan, karena aku bisa hidup seperti ini berkat ibu. Kupikir jika menuruti ibu, semua orang akan iri padaku, dan aku akan bahagia.
Tetapi, ibu kenapa aku merasa sakit? Kenapa aku tidak bahagia? Umurku 43 tahun. Namun, aku bahkan tak bisa memesan kopi sendiri, karena aku tak tahu apa yang kuinginkan. Ibu menjadikanku orang bodoh yang tak bisa melakukan itu di usia ini. Ibu tahu apa yang lucu? Bagiku, saat paling bahagia dalam hidupku adalah saat aku melepas semua bajuku dan menari. Saat orang-orang menunjuk-nunjuk dan menyebutku gila. Itulah pertama kalinya aku bernapas dengan lega. Saat bersama ibu, aku tak bahagia." - Oh Ri Na -
Sama seperti orang tua, anak-anak juga memiliki keinginan untuk mengatur dirinya sendiri. Keinginan tersebut bisa jadi bertentangan dengan harapan orang tua. Karenanya jangan sampai niat baik orang tua untuk memberikan hal terbaik bagi anak malah menjadikan anak tidak bahagia dengan hidupnya.
– Song Yu Chan –
3. Walau terlihat sepele, perkataan mampu melukai hati orang lain
Teman-teman tau nggak kalau perkataan yang melukai hati bisa menyebabkan terjadinya gangguan mental?
Sebuah perkataan yang melukai memang tidak secara langsung menyebabkan gangguan mental. Akan tetapi gangguan mental bisa terjadi apabila seseorang telah mencapai batas psikologisnya, serta perkataan yang melukai diucapkan secara terus menerus hingga menimbulkan kekerasan psikis yang menyebabkan individu menjadi rendah diri yang berujung depresi.
Hal ini terjadi dalam kasus Kim Sung Sik, ia mengalami kecemasan sosial setelah mendapat kekerasan verbal dan fisik, gaslighting di depan umum, disudutkan, dan dihakimi dari atasannya. Meski ia terus mendapat resep obat dan konseling, namun kondisinya tidak kunjung membaik hingga ia dirawat secara intensif di Rumah Sakit.
– Jung Da Eun –
4. Jangan terlalu keras dan mengabaikan diri sendiri
Pada episode 5, drama ini menceritakan kehidupan Kwon Ju Yeong, seorang ibu pekerja yang sangat sibuk namun sangat peduli dengan putrinya. Ia didiagnosa mengalami pseudodementia yang menggangu konsentrasi dan daya ingat.
Gangguan ini muncul dikarenakan pasien berada dalam kondisi depresi. Pada awalnya Kwon Ju Yeong tidak percaya bahwa ia mengalami depresi, akan tetapi seiring dengan konsentrasi dan daya ingatnya yang semakin menurun ia memutuskan untuk melakukan perawatan.
Ketika proses perawatan berlangsung ia mengetahui bahwa selama ini kondisinya tidak baik-baik saja. Semenjak melahirkan, ia banyak mengalami emosi negatif namun tidak ia sadari keberadaannya. Selain itu ia terlalu fokus mengutamakan urusan keluarga dan pekerjaan sehingga tidak memiliki waktu untuk memperhatikan kondisi dirinya sendiri.
– Kwon Ju Yeong –
Dari kisah Kwon Ju Yeong dapat diambil pelajaran bahwa menjadi seorang ibu sebaiknya tidak hanya memberikan prioritas penuh hanya untuk keluarga. Berikan ruang khusus bagi ibu untuk memprioritaskan dan memberikan kebahagiaan pada dirinya. Karena bagaimanapun, keluarga dan anak yang bahagia berasal dari ibu yang bahagia.
– Kwon Ju Yeong –
5. Tenaga medis juga manusia
"Oh kamu guru TK ya? pasti kamu sabar orangnya dan selalu bahagia"
Teman-teman pembaca mungkin tidak asing dengan bentuk-bentuk kalimat prasangka diatas, biasanya kalimat ini disematkan pada orang-orang yang bekerja di bidang sosial.
Seorang pekerja sosial seringkali dipersepsikan memiliki sikap yang sesuai dengan identitas dalam profesinya. Pada drama ini misalnya, karena setiap saat dihadapkan dengan banyak kematian, orang lain menganggap tenaga medis (dokter dan perawat) tidak memiliki rasa sedih atas kematian pasien.
Akan tetapi, drama ini juga memberikan sudut pandang lain dari perspektif seorang tenaga medis. Dimana berhadapan dengan kematian bukanlah suatu hal yang biasa mereka lakukan. Meski berkali-kali mereka dihadapkan dengan kematian pasien, berkali-kali pula mereka merasakan kesedihan. Karena bagaimanapun tenaga medis adalah manusia, dan manusia memiliki perasaan dengan berbagai emosi.
“Kami hanyalah orang yang selamat. Para penyintas terus-menerus menghadapi kehilangan. Tapi kita tidak boleh membiarkan hal itu menghentikan kita. Sebaliknya, kita harus terus menjalani hidup setiap hari.” – Dr. Im Hyeok Soo
Seorang tenaga medis utamanya di Rumah Sakit Jiwa adalah seorang penyintas. Mereka lah yang menemani hari-hari pasien di Rumah Sakit. Sehingga, meski mereka sedih atas kematian pasien, mereka hanya berpura-pura hal tersebut tidak mempengaruhi mereka. Karena bagi siapapun itu, kematian akan selalu menyedihkan setiap saat.
“Namun, dalam beberapa hal, hidup di masa kini sama saja dengan berdiri di atas pisau karena masa depan masih belum tiba, dan masa lalu telah berlalu. Kita berdiri di atas bilah pisau yang disebut hadiah.” – Dr. Im Hyeok Soo
6. Berikan pujian dan penghargaan pada diri sendiri
“Jangan biarkan seseorang membuatmu merasa kecil. Berhentilah menyusut. Itu hanya akan membuat orang-orang menginjak-injak Anda.” – Perawat Song
Seringkali kita melakukan suatu hal dengan harapan untuk mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain. Akan tetapi, pujian dan penghargaan belum tentu diberikan pada kita meski kita sudah melakukannya sebaik mungkin. Pada akhirnya, kita akan merasa kecewa pada diri sendiri, menganggap diri kita tidak kompeten, serta akan terus-menerus berusaha terlihat 'baik' demi mendapatkan pujian dari orang lain.
Jujur saja, capek sekali bukan ketika kita berlomba-lomba mendapat pujian dan penghargaan dari orang lain?
Padahal untuk lebih menghargai diri sendiri, kita tidak perlu pujian dan validasi dari orang lain. Cukup dengan kita memuji diri sendiri pada setiap hal atau pencapaian kecil yang sudah kita lakukan. Misalnya, memuji outfit yang kita pakai hari ini cantik, kita berhasil menyelesaikan tugas, dan sebagainya.
Pemberian pujian pada diri sendiri, membuat kita menyadari bahwa diri kita berharga. Dengan demikian, kita akan lebih bersyukur atas segala hal yang kita miliki.
“Saya belajar bahwa memuji diri sendiri jauh lebih bermanfaat daripada menerima pujian dari orang lain.” – Perawat Jung Da Eun.
Selain itu, memberikan penghargaan pada diri sendiri mampu menumbuhkan motivasi untuk bekerja lebih baik, lebih keras, dan meningkatkan kepuasan diri. Hal ini bisa dilakukan sesederhana dengan membiarkan diri kita menikmati aktivitas yang kita sukai, misalnya menonton series, makan mie instan, bengong di depan indomaret sambil makan ice cream, dan sebagainya.
“Kau tahu, tubuhmu menderita jika hatimu juga sakit. Satu-satunya cara untuk mengatasinya, makan makanan enak, menonton sesuatu yang lucu, dan melakukan perawatan diri.” – Dr Dong.
Karenanya, sudahkan teman-teman memberikan pujian dan penghargaan pada diri sendiri hari ini?
7. Kamu tidak sendirian, akan selalu ada harapan bagi orang yang mau berusaha
Taukah kamu bahwa gangguan mental menyebabkan efek yang luar biasa bagi kondisi emosi seseorang? Seperti yang dialami Jung Da-Eun. Kepergian pasien terdekatnya akibat bunuh diri menyebabkan ia mengalami depresi.
Membiarkan saja kondisi depresi tentu tidak akan membuahkan hasil yang baik pada kesehatan mental kita. Namun, menceritakan pada orang lain terkait kondisi ini bukanlah suatu hal yang mudah. Akan tetapi, salah satu pesan penting yang disampaikan dalam drama ini adalah bangun hubungan dengan orang-orang yang bisa berperan menjaga pasien. Sehingga ketika sudah merasakan gejala mental breakdown, segeralah mencari pertolongan dan beritahukan orang-orang terdekatmu.
"Orang cenderung mempengaruhi satu sama lain dengan berbagai cara. Terkadang dengan cara yang menyedihkan, terkadang dengan cara yang menyakitkan, dan terkadang dengan cara yang menyakiti semua orang di sekitar mereka. Namun, kadang-kadang, batu yang kita lemparkan untuk mengubah diri kita sendiri dapat menimbulkan dampak yang tidak hanya berhenti pada diri kita saja, namun juga menjangkau orang-orang di sekitar kita."
– Perawat Jung Da Eun
🌙
Semua penyakit disebabkan oleh kehilangan. Anda mungkin telah kehilangan hal yang paling Anda hargai. Atau Anda mungkin kehilangan diri sendiri. Atau mungkin yang hilang darimu adalah kenangan akan hari-hari bahagia. Di saat seperti ini, kita harus mengandalkan sesuatu yang terkesan kuno. Itu hanya hal kecil yang disebut harapan. Dan kita semua di sini, mencari, untuk menemukannya. Hal klise yang disebut harapan.”
– Perawat Jung Da Eun.
💖
*Bonus pasangan greenflag, Dokter Dong & Perawat Daeun
Comments
Post a Comment